lalu, Apakah kebahagian itu suatu momentum saja atau pilihan ?
Didalam bukunya Dr Jalaluddin Rakhmat yang berjudul Meraih kebahagiaan, buku ini dicetak oleh penerbit PT Remaja Rosdakarya, cetakan keempat, September 2008 dengan ISBN 979-3782-06-04. Pasalnya, Kata Kang Jalal, menegaskan bahwa Kebahagiaan itu pilihan. Sekalipun kita mendapatkan musibah, namun apabila kita dapat mentafakurinya dengan baik-baik dan mengambil hikmah dari kejadian musibah tersebut, maka kita akan bahagia.
Bicara soal musibah, Kang Jalal memisahkan antara musibah dan penderitaan merupakan suatu hal yang berbeda.
Terkadang kita selalu mengartikan bahwa musibah merupakan sebab terjadinya penderitaan. Sedangkan penderitaan merupakan bagian dari musibah itu sendiri.
Tetapi, didalam buku ini, kang Jalal memberikan pengertian yang berbeda.
Musibah hadir diluar dari kendali kita. Sedangkan penderitaan terletak pada pilihan kita.
Misalkan, apabila kita dihadapkan pada suatu persoalan putus dengan pasangan (musibah), lalu kita menganggap bahwa putus hubungan ini dikategorikan sebagai penderitaan. Bagaimana tidak ? Hubungan yang selama ini dijaga, dibina, dipupuk, selalu harmonis dan lain sebagainya. Tetapi kandas dipertengahan jalan.
Namun, Ada juga sebagian orang yang mengatakan bahwa putus hubungan dengan pasangan (musibah) justru membuatnya senang, bahagia dan momen yang ia tunggu-tunggu. Karena dengan begitu, ia dapat mencari pasangannya yang lebih dari sebelumnya, ia keluar dari hubungan toxic nya, tidak adanya keterikatan , ia fokus menata karir dan lain-lain.
Atau misalkan, kita di PHK oleh perusahaan tempat kita bekerja (musibah), atas dasar ketidaknyamanan itu kita akan memaki-maki, mencemooh, menghina sana-sini, stress, galau, gelisah, bahkan hingga berujung pada percobaan bunuh diri. Mungkin, sebagian orang akan berfikiran ini suatu penderitaan.
Namun ada juga orang yang berfikir bahwa dikeluarkan dari perusahaan merupakan suatu kebahagiaan bagi dirinya, karena ia menilai adanya suatu ketimpangan antara pikiran, tenaga dan keahlian yang ia keluarkan untuk memajukan perusahaan tersebut namun malah mendapatkan gaji yang tidak layak diterima oleh dirinya
Artinya, Fenomena eksternal yang hadir kepada kita itu dapat dikatakan musibah, namun penderitaaan terletak bagaimana kita memandang kejadian tersebut.