Dalam empat belas menit
Kembang api merayakan masa lalu, merayakan masa yang takan terurai oleh waktu
"Seperti Neraka" - Ucap kerabatku
Empat belas menit memang penuh warna,
Menghiasi langit yang memanjakan mata,
Namun setelahnya,
Hanya keheningan.
Kamu menatap di langit yang sama,
Bersama bintang-bintang masih berbisik membicarakan warna,
Membicarakan keramaian dan membicarakan warna-warna yang perlahan pudar
Pada menit kelima belas,
Kamu menatapnya, merayunya dengan penuh kerinduan,
Tanpa kembang api yang menyala, hanya gemerlap, dan keheningan.
Aku bukan peserta dalam pesta, aku hanya pemirsa setelah berisiknya malam.
Memang neraka,
Namun akan tetap tercatat
Karena kenangan juga mempunyai suaranya masing-masing
Dan berebut meminta didengarkan
Malam ini aku bermimpi, mengenai cincin dengan mata berlian yang sama indahnya dengan sepasang bola matamu
Malam ini aku bermimpi, memberikan jari manismu padaku di waktu yang lain