Inilah Peluang bagi kaum Muda Indonesia agar kreatifitas di tumbuh kembangkan dari kegelisahan dengan non status quo. Hanya dengan bermodalkan ide memulai dengan bisnis anak kos atau mereka yang belum lulus kuliyah tentunya idealisme mereka tuangkan dalam peluang bisnis tersebut.
Kita melihat tren di dunia maya berlombanya membuat situs apakah itu budaya  berkelompok secara digital,website atau blog yang tumbuh berkembang cepat dan banyaknya teman dan jaringan namun untuk membeli produk mereka tentulah menjadi pr agar mereka berminat. maka disini lah kejelian melihat peluang pasar
Adapun agar anda mampu eksis dengan tren tersebut adalah dengan mengubah kreatifitas itu dengan uang walaupun sulitnya mendapat modal dari bank karena bank tidak ada yang menerima jaminan ide. disinilah diperlukan aset yang tangibel dan itu sulit bagi mereka.
Sesuatu yang marketeble tentunya apa yang dikatakan Rahmad Susanta Pemred Majalah Marketing tentunya sangat tepat dimunculkan disini bahwa freemium katanya belum diterima jamak bagi para kredit analisis di Indonesia. Dan tak mungkin perusahan akan memberikan hal yang gratis terus menerus demi memperbesar trafik dan memetik buahnya dimasa akan datang , imbuhnya.
Mungkin juga ada pilihan alternatif misalnya Angel Investor yakni mereka adalah orang yang berkelimpahan yang berani menanggung resiko untuk bisnis-bisnis semacam itu. Namun demikian tentu saja tidak mudah mencari investor semacam itu apalagi mereka adalah manusia biasa bukan malaikat tentunya.
Disinilah kehandalah seorang marketer di hadapkan sebagai ujung tombak ekonomi kreatif dan tentunya dan semestinya kita dorong agar mereka lebih aktif kreatif dan inovatif. Peran sebagai kolaborator maupun sponsor menjadi harapan dan idaman mereka. Nah apa sebenarnya kerja para pemangku kekuasaan yang kerjanya cuma menggandeng mafia importir yang menggurita.
Sangat saya Apresiasi sahabat  Aswandi Asad yang menggagas bersama rekannya  "Serangan umum  Beli Indonesia merebut Pasar Negeri sendiri" !
