Menutup kedua telinganya saat melukis? Tanpa menggunakan Apapun? maksudnya apa, Ra?
"Vanesa memiliki pendengaran yang kurang baik, dia memiliki gangguan pendengaran sensorineural dimana itu terjadi akibat tantenya. Ceritanya cukup menyedihkan, Vanesa kecil dulu tinggal bersama tante dan om-nya, akan tetapi perlakuan mereka kepada Vanesa sangat tidak baik. Vanesa seperti dianggap seorang budak di keluarga tantenya, hingga ada suatu ketika di mana Vanesa mendapat permainan fisik yang mengganggu masalah pendengarannya." cerita Rara sambil meneguk teh fennelnya.
Lalu bagaimana Vanesa bisa berkomunikasi lancar dengan kamu dan Lala, Ra?
"Vanesa menggunakan alat bantu yang diberikan khusus dari pengurus panti untuknya. Selain itu juga, dia masih mendapat dana untuk perawatan dari uang ayahnya karena kedua orang tuanya masih meninggalkan warisan untuknya."
Aku tidak menyangka kalau Vanesa adalah seorang yang spesial, aku paham, pasti mimpi buruk itu sangat menekannya. Akan tetapi, Vanesa hebat dapat bertahan dari kekejaman dunia ini.
Kalau aku boleh tau, siapa nama panjang Vanesa, Ra?
"Vieta Vanesa Gohpania, si pelukis handal."
***
"Maaf, aku dari kelas Bi Idi untuk pelajaran seni rupa." ucap seorang gadis kecil sambil menunduk karena merasa malu akan keterlambatannya di hari pertama mengunjungi Kedai Kontenta.
Bi Hisa tersenyum lalu dia mulai menjawab pernyataan gadis itu, "Tidak apa, kamu gadis baru di panti ini ya? Selamat datang di keluarga baru ini, siapa namamu?" tanya seorang Bibi berkacamata ini.
"Vanesa." jawab gadis kecil ini yang masih menggenggam erat buku gambarnya.
"Baiklah, Vanesa. Bibi dengar kamu pandai menggambar, bisakah kamu membantu Bibi untuk apapun di papan tulis kapur depan kasir? Tepatnya disitu!" pinta Bi Hira sambil menunjuk papan tulis yang akan dituju Vanesa.
Vanesa kecil perlahan mengangkat kepalanya kemudian dia memberikan senyuman manis kepada seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
"Kamu cantik saat tersenyum, tetaplah seperti itu ya! Sekarang silahkan menggambar di papan itu, gambarlah secantik mungkin! Oke?" ujar Bu Hira yang dibalas anggukan mantap dari si gadis kecil.
Vanesa menuju ke papan tulis kapur itu kemudian dia segera mencari dimana letak kapur untuk menggambar, akan tetapi Vanesa tidak menemukannya sama sekali, dia mencari-cari dibalik papan juga sedikit mengintip di atas meja kasir, tetapi usahanya sia-sia, Vanesa tetap tidak menemukan benda yang dia cari.
Tiba-tiba saja ada seorang anak kecil berambut coklat menepuk pundaknya sambil menyodorkan tiga kapur putih, "Aku memiliki tiga kapur, ambil dan pakai saja ini dulu, aku rasa kamu lebih membutuhkannya," ucap gadis yang mungkin umurnya sepantaran dengan Vanesa.
Vanesa hanya diam, dia malu untuk mengambil kapur yang disodorkan gadis berambut coklat itu, "Tidak usah malu, ambilah ini!" gadis berambut coklat itu berusaha meyakini gadis pemalu di depannya sekarang.
"Terimakasih!" balas Vanesa sembari mengambil ketiga kapur itu walau kepalanya masih tertunduk.
"Sama-sama, kamu Vanesa ya? Anak baru di panti ini yang jago menggambar itu?" tanya gadis di depan Vanesa ini.
"Iya." jawab singkat Vanesa, sementara gadis kecil di depannya hanya tersenyum walau Vanesa melihat senyuman gadis ini dengan kepala yang tertunduk, 'Anggun' pikir Vanesa sekilas.
"Nama?" tiba-tiba saja Vanesa mengajukan pertanyaan kecil yang membuat gadis di depannya mengangkat alisnya.
"Kamu menanyakan namaku?" tanyanya untuk meyakini pertanyaan yang diajukan Vanesa.
"Iya."
"Nabila Laluna Osipova, panggil saja aku Lala. Salam kenal!" jawab gadis bernama Lala ini sambil mengulurkan tangan kanannya.