Kelurahan Sekayu, kawasan kepadatan tinggi yang dikelilingi oleh pusat aktivitas Kota Semarang menjadikan 90% guna lahan didominasi oleh lahan terbangun. Kondisi ini menjadikan kelurahan tidak memiliki ruang yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka publik hijau secara 'khusus', atau ruang terbuka hijau sebagai area resapan hujan dan karbondioksida.
Mengingat pentingnya menjaga aktivitas fisik untuk meningkatkan imunitas tubuh dan meringankan beban mental akibat pandemi COVID-19. Desain  Ruang terbuka hijau pada alleyways (gang) diharapkan dapat membantu kesejukan dan sirkulasi udara yang lebih baik di Kelurahan Sekayu, meskipun tidak dapat mewadahi aktivitas fisik karena adanya keterbatasan lahan.
Ruang terbuka hijau di Kelurahan Sekayu didesain berdasarkan 3 tipologi alleyways yang ada. Tipologi yang terbentuk bersumber dari survey primer dan sekunder mahasiswa. Tipologi tersebut terdiri dari 3 jenis, yaitu tipologi gang yang menghubungkan fasad dengan dinding samping/belakang hunian, tipologi gang yang menghubungan 2 dinding hunian yang saling berhadapan, dan tipologi gang yang menghubungkan kawasan pariwisata dengan sungai.