Mohon tunggu...
KOMENTAR
Beauty

Hypebeast vs Investasi

19 Maret 2019   16:52 Diperbarui: 19 Maret 2019   17:49 293 0

Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan cara berpakaian anak-anak muda perkotaan yang disebut dengan anak-anak hypebeast atau streetstyle. Mereka ini adalah kelompok anak-anak muda dengan gaya fashion yang selalu mengikuti brand-brand streetwear ternama, seperti supreme, bathing ape, off-white dll.

Pakaian dan brand-brand streetwear mereka memang super mahal. Mereka mengikuti gaya-gaya artis ternama dan kelas dunia yang memakai brand-brand mahal.

Seorang hypebeast mengenakan mulai gucci sneak seharga 10,8 juta yang dibelinya di luar negeri, baju yang harganya 5,6 juta hingga topi 4 jutaan. Total yang dipakainya 20,4 jutaan.

Ada lagi hypebeast yang mengenakan urban store seharga 800 ribu, trus kaos bape beli di hong kong seharga Rp2,5 lalu kalung emas, jam gshock harganya Rp4,5, celana 600 ribuan, sepatu 28 juta. Jadi total yang dipakainya 36 jutaan.

Ada lagi, seorang hypebeast yang mengenakan hoodie supreme 7,5 juta, tas 3 juta, jam tangan F1 14 juta, celana Champion 800 ribuan, dan sepatu humanrace yang harganya Rp9,5. Jadi, total yang dipakainya 34 jutaan.

Berbicara soal gaya hidup mereka ini sedikit banyak memiliki dampak terkait gaya hidup yang hanya menonjolkan penampilan dengan menyembunyikan identitas diri dengan kerap berpose menutupi wajahnya, baik dengan gaya dua jari di depan wajah, masker atau menurunkan topinya hingga menutupi mata. Hal ini dilakukan supaya orang-orang memperhatikan gaya pakaiannya saja. Mereka juga biasa mengunggah foto dirinya saat menggunakan fashion item dari berbagai merek terkenal, mulai dari Supreme hingga Stussy untuk memburu likes dan pujian.

Dalam bahasa satire Denis Juherman, seorang kolektor Vans yang kini telah memiliki kurang lebih 202 pasang sepatu asal Amerika Serikat, mengatakan anak hypebeast menutup identitasnya karena pusing sehabis mengeluarkan uang jutaan rupiah hanya untuk pakaian.

Ia berkelakar: setelah belanja, mereka pusing sehingga menutup mukanya. Kelakar ini bisa jadi ada benarnya karena kebanyakan dari mereka adalah anak-anak muda bisa jadi masih menggantungkan uangnya dari pemberian orang tua, kendati tak dapat dipungkiri mereka sudah memiliki pendapatan sendiri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun