Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Joy Flight Pemikiran Hari 1 (Atheism)

20 Juni 2012   03:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:46 206 1
Ini merupakan percobaan penerbangan pemikiran. Karena hanya sebagian pemikiran yang saya tuangkan dalam tulisan ini. Dan tulisan ini pun merupakan promosi untuk dilanjutkan pada analisis yang lebih dalam. Sedari awal bila takut untuk jatuh waktu membaca tulisan ini lebih baik bertemu langsung dengan saya. Tidak usah terbang virtual seperti ini, kita mendarat saja di warung untuk membahas apa yang dibahas di sini. Sekalipun begitu pemikiran ini saya tulis bukan dengan coba-coba, namun saya coba lontarkan kepada anda untuk bisa diberi feed back agar kedepan bisa menganalisis lebih dalam.

Bersiap-siap untuk terbang, pengang kuat-kuat pemikiran anda...

setiap manusia memiliki naluri untuk mengagumi sesuatu. kekaguman itu menunjukkan kelemahannya sebagai manusia. pada perkembangan naluri itu maka kekaguman akan menjadi pengkultusan. ketika manusia melihat yang lebih hebat dari dia maka maka manusiapun memujinya. naluri inilah yang juga dapat kita lihat pada orang yang beragama. bisa jadi dengan naluri ini manusia kemudian melihat petir lalu menyembahnya dsb. manusiapun juga memiliki akal. akal inilah yang kemudian menjadikan manusia berpikir tentang keberadaan dirinya. berpikir apakah kita ada yang menciptakan ataukah segalanya ada dengan sendirinya.

pemahaman manusia tentang Tuhan, bila bersandar hanya pada naluri maka pemahaman itu akan sangat lemah. maka pencapaian iman yang kuat adalah dengan pemikiran dan pemahaman tentang keberadaan alam semesta, manusia, dan kehidupan. hanya saja ketika manusia berpikir apa yang ada dibalik semua ini, ada manusia yang terjerat dengan pemikirannya sendiri. terjerat dengan logika-logika dan metode berpikir ilmiah. untuk itu kita akan mencoba mengupas tentang Tuhan yang hadir dari pertanyaan darimanakah kita dan segalanya ini berasal.

Voice of The Gap

Melihat fakta secara sekilas kita dapat menyimpulkan adanya hukum sebab akibat. Melihat adanya tulisan ini berarti anda berpikir bahwa ada yang merangkai setiap kata. Dengan cepat tentunya, bukan dengan perubahan secara perlahan yang digambarkan oleh para evolusionis.

Dan ketika para teis mengatakan terkait dengan hukum sebab akibat ini maka serta merta para ateis mengatakan bahwa itu adalah GOD OF THE GAP. Jadi God of The Gap itu pada dasarnya adalah penamaan atas cara berpikir kita pada adanya alam semesta pasti ada penyebab untuk menjadikan alam semesta yakni Tuhan. Ateis tidak bisa menerima pernyataan ini karena pernyataan ini tidak didasarkan pada bukti nyata pada penelitian mereka. Mereka tidak menemukan adanya tulisan made in Alloh atau Made in God (hehe bercanda) atau tidak melihat Tuhan dengan mata mereka sendiri.

Dulu waktu SMA saya punya teman yang tidak bisa mendengar, dan otomatis dia bisu. Saya berteman dengan dia sangat akrab. Saya diajarkan bahasa tubuh, sampai-sampai saya disuruh mempelajari kamus bahasa tangan setebal kitab sejarah para khilafah karya imam as suyuti di rak buku saya. Tentu saja agar saya bisa curhat-curhatan kalau dia lagi galau dengan ceweknya. Teman saya tadi sekalipun tidak bisa mendengar tapi dia percaya bahwa bunyi itu ada. Buktinya ketika saya ngomong yang dalam pandangan dia itu saya membuka dan menutup mulut saja (mangap-mangap), saya tidak dikira gila. Kalau dia tidak percaya adanya bunyi tentu saja dia bilang ke saya dengan jarinya dimiringkan di dahinya dan digesek-gesekkan, artinya dia mau bilang lu miring (gila) ya dari tadi mulut kamu kok buka-tutup buka lalu monyong-monyong gitu. Sekalipun dia tidak pernah mengenal dan mengindra secara langsung apa itu bunyi, tapi dia tidak bilang VOICE OF THE GAP. Saya tidak bisa membayangkan kalau dia ateis (dan pastinya teman saya yang tidak bilang VOICE OF THE GAP juga tidak akan bilang GOD OF THE GAP). Coba anda bayangkan kalau dia itu ateis (sekalipun mustahil, jadi lebih tepatnya berimajinasilah!). pasti saya dibilang SINTING gara-gara bibir saya monyong-monyong waktu ngomong. Dan dia bakal ke laboratorium buat menemukan cara untuk bisa membuktikan bahwa bunyi itu ada. Dan buktinya harus dia sendiri yang mengindra/ mendengar. Dan itu akan menjadi mustahil karena alat pendengarannya telah rusak.  Sampai kapanpun bunyi tidak dipercayainya. Apalagi Tuhan dia tidak percaya gara-gara tidak terbukti ada di laboratoriumnya. Maka setiap hari dia bisa bilang kepada teman saya yang namanya Ayu, “AYU SINTING TING TING TING TING!”. Tentu sambil membuat telunjuknya dengan italic syle di dahinya.

Mengapa teman saya tadi bisa percaya pada bunyi?. Saya ingin mengatakan bahwa dia memang detektif yang asoy su geboy (kayak tante PYTM). Jika dia tidak bisa menggunakan indra pendengarannya maka dia bisa memakai akal yang dibantu dengan indra penglihatannya. Teman saya tadi melihat gerak bibir saya yang sangat cepat saat bicara dan tanpa adanya tangan saya yang bergerak menjelaskan bibir saya yang cepat tadi maka dia mulai berpikir bahwa tentu ada sesuatu yang menjadi perantara informasi dari mulut saya ke ke telinga bapak kost saya. Dan informasi itu menurut saya adalah bunyi, tidak tau apa istilah bunyi bagi dia. Cukup pula bagi teman saya untuk percaya dengan adanya bunyi tanpa mengindra bunyi ketika saya menutup telinga saya setelah saya melemparkan mercon ke arah dia. Artinya dia melihat ada sesuatu yang kemudian mengganggu telinga saya. Dan itu bunyi menurut bahasa saya.

Dari sini saya dapat menyimpulkan bahwa teman saya telah berpikir secara rasional dan mutlak benar. Pemikiran rasional ini dalam mengetahui EKSISTENSI sesuatu adalah MUTLAK BENAR. Dengan proses mengindra secara benar pada hal-hal yang menjelaskan bunyi maka dia percaya bahwa BUNYI ITU ADA.

Akan tetapi pemikiran rasional ini TIDAK BISA MENJELASKAN secara detail HAKEKAT dan SIFAT detail dari sesuatu. Artinya pemikiran rasional akan bersifat relatif dan juga bersifat dugaan ketika akan menjelaskan hakekat dan sifat dari sesuatu itu. Buktinya ketika saya marah dengan teman saya tadi (tunarungu) saya umpatin dia dan saya ghosipin dia dengan rekan yang lain, dia Cuma cengar-cengir saja. Artinya dia Cuma bisa mengira-ngira apa yang sedang saya bicarakan dengan rekan saya yang lain.

Andaikan dia menjadikan metode ilmiah sebagai asas berpikirnya maka dia selamanya tidak akan percaya pada bunyi tersebut. Dan senantiasa mengatakan VOICE OF THE GAP!. Karena metode ilmiah adalah cabang dari metode berpikir rasional. Karena dia bersifat cabang maka dia akan menghasilkan kesimpulan yang RELATIF DAN DUGAAN pada setiap hasil pemikirannya; baik pada eksistensi sesuatu, hakekat dan sifat sesuatu itu. Karena dia hanya mengandalkan pada pengindraan yang sejalan dengan kekurangannya. MENGHARAPKAN MENDAPAT BUKTI ADANYA BUNYI DARI KETERBATASAN PENERIMAAN BUNYI (TELINGA) ADALAH HAL YANG MUSTAHIL. DAN INI ADALAH KONTRADIKSI PEMIKIRAN DARI ATEIS SETELAH STADIUM 4.

Wah anda terlalu nyaman jika penerbangan ini manuvernya santai santai saja, bagaimana bila kita bermanuver seperti di film-film action dunia? Siap? Ah tidak usah ditanya toh anda sudah dalam pesawat pemikiran.

METODE BERPIKIR RASIONAL VS ILMIAH

Kesalahan pada ateis adalah tidak menggunakan metode berpikir rasional. Dan metode itu adalah metode alamiah seorang manusia.

Kesalahan selanjutnya, ateis menjadikan metode berpikir ilmiah sebagai asas atau  landasan dalam setiap pemikirannya.

Definisi metode rasional adalah metode tertentu dalam pengkajian yang ditempuh untuk mengetahui realitas sesuatu yang dikaji, dengan jalan memindahkan penginderaan terhadap fakta melalui panca indera ke dalam otak, disertai dengan adanya sejumlah informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut. Selanjutnya, otak akan memberikan penilaian terhadap fakta tersebut. Penilaian ini adalah pemikiran atau kesadaran rasional.

Metode rasional ini adalah dasar dari pemikiran. Pada kesimpulan untuk keberadaan sesuatu itu bersifat mutlak. Dan kesimpulan itu bukan hasil dari imajinasi sebagaimana orang ateis katakan. keberadaan sumber bunyi dan penulis tulisan ini bukanlah sebuah imajinasi. Baru kalau mengatakan hakekat dan sifat dari penulis, penulisnya cakep gak ya, eh penulisnya keren gak ya itu baru imajinasi dan bersifat dugaan. Inilah kerancuan yang terdapat pada pemikiran ateis. Ini dikarenakan metode ilmiah yang dijadikan landasan berpikir dari ateis. Padahal setiap hasil metode ilmiah ini hanyalah dugaan kuat hingga ada hasil ilmiah lain yang mampu mematahkannya.

Metode ilmiah adalah metode tertentu dalam pengkajian yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan tentang realitas dari sesuatu melalui jalan percobaan (eksperimen) atas sesuatu itu. Metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali dalam pengkajian objek-objek material yang dapat diindera.

Metode ilmiah itu tidak salah. Karena metode ilmiah adalah cabang metode rasional ketika metode rasional mengalami keterbatasan dalam memahami hakekat dan sifat sesuatu. Misalkan dalam metode rasional ketika memahami umur fosil maka akan menghasilkan keterbatasan dan hasilnya hanya perkiraan untuk itu butuh metode ilmiah dalam memperkirakannya lebih dalam. Yakni bisa dengan tes Fluor. Sehingga bisa diperkirakan lebih dalam lagi dengan kesimpulan bahwa makin bertambah fluor (karena pengaruh tanah lembab berisi fluor yang merembes kedalam tulang), makin tua usia fosil.

Akan tentapi dapat dipastikan bahwa metode ilmiah dalam menyimpulkan tetap menghasilkan kesimpulan yang bersifat dugaan dan relatif. Dan itu terbukti semakin berkembangnya sains maka untuk mengetahui usia fosilpun semakin berkembang seperti dengan metode kalium-argon hingga penyelidikan radiokarbon. Sekalipun dalam sains mutahir tersebut kesimpulan usia fosil tidak bisa bersifat pasti/mutlak dan hanya bersifat dugaan kuat saja atau perkiraan.

Mengapa? Karena dalam metode berpikir apapun dalam memahami hakekat dan sifat sesuatu tidak bisa bersifat PASTI dan hanya sampai dugaan kuat saja. Nah dengan demikian metode ilmiah itu tidak salah akan tetapi menjadi kesalahan yang sangat fatal ketika menjadikan metode berpikir ilmiah tersebut sebagai landasan berpikir/ asas berpikir. Karena menjadikan hal yang relatif dalam landasan berpikir adalah kesalahan fatal.

Bila bersikeras menjadikan metode ilmiah sebagai asas dalam berpikir maka sampai kapan pun dia tidak akan percaya keberadaan Tuhan. Karena metode berpikir ilmiah dalam menyimpulkan tentang keberadaan sesuatu, hakekat seseuatu dan sifat sesuatu senantiasa bersifat relatif. Apalagi metode ini hanyalah metode cabang dari rasional untuk memahami lebih jauh sifat sesuatu. Untuk contohnya bisa merujuk kembali bagaimana teman (tunarungu) saya bila menggunakan metode ilmiah tentu akan mengatakan Voice of The Gap.

FINITE DAN INFINITE

Lalu  apa bukti untuk mengetahui bahwa Tuhan itu ada?

Bukti adanya Tuhan terdapat pada setiap benda. Setiap benda pasti bersifat terbatas. Dan setiap yang terbatas tidak mungkin Maha awal atau tidak berawal dan berahir. Setiap yang terbatas pasti berawal dan berahir.

Bukti keterbatasan pada setiap benda/ materi diantaranya adalah


  1. Setiap materi membutuhkan materi yang lain
  2. Setiap materi diatur dan diprogram atas takaran dan kadar tertentu oleh selain materi.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun