Nim. Â : 202210230311283 Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â 20 September 2022
TREN REMAJA MELAKUKAN SELF DIAGNOSE DAN MENGAKU MENTAL ILLNESS
Seiring berkembangnya teknologi kehidupan manusia mulai berubah secara signifikan, beberapa pekerjaan manusia tergantikan oleh mesin. Teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dan menyebabkan banyak dampak pada kehidupan manusia, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai laman yang menawarkan pelayanan Kesehatan (Ryan & Wilson). Di Indonesia sendiri terdapat beberapa website. Contohnya alodokter.com dan halodoc.com. juga banyak akun sosial media yang menyediakan diagnosa gratis bagi pengikutnya.
Self diagnose adalah upaya untuk mengetahui kondisi mental seseorang yang dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan ahli. Peristiwa self diagnose terdengar saat umum di kalangan masyarakat, terlebih mudahnya mendapatkan informasi tanpa disertai pengetahuan yang cukup membuat masyarakat mudah melakukan diagnosa tanpa bantuan seorang psikolog atau psikiater.
berdasarkan kutipan dari https://www.gramedia.com/best-seller/self-diagnosis/ bahaya self diagnose dapat menimbulkan permasalahan mental yang fatal. Karena self diagnose dilakukan tanpa pengawasan ahli sangat mungkin hasil yang didapatkan tida akurat. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi self diagnose salah satu caranya tidak dianjurkan untuk mencari tahu penyakit melalui internet. Informasi yang beredar di internet tidak sepenuhnya benar. Berikut kemungkinan yang akan terjadi jika kamu melakukan self diagnosis:
*Risiko salah diagnosis
menduga-duga penyakit secara mandiri berisiko buat salah diagnosis. Aku contohin nih semisal penyakit tumor otak. Kita tidak bisa mengidentifikasi penyakit tumor otak hanya berpegang pada informasi dari internet semata. Karena, wajib terdapat prosedur pengecekan lebih mendalam yang dicoba oleh dokter hingga dapat mendiagnosis kalau itu benar tumor otak.
*Risiko salah obat