Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature Pilihan

Opini: Bahaya Polybag Terhadap Media Tanam

11 Oktober 2014   22:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:27 1625 0
Terkadang gue mikir kalo gue ini petani "murtad". Kuliah di Fakultas Pertanian Unpad, tetapi bekerja di bidang yang lain. Tahun lalu, gue tiba-tiba berpikiran kritis mengenai ini: sebenernya bahaya gak sih polybag untuk pertanian? Secara polybag itu terbuat dari plastik dan, sepanjang karir gue di dunia kampanye lingkungan, yang gue pahami adalah plastik akan mengeluarkan senyawa kimia berbahaya yang bersifat karsinogenik bila terpapar cahaya matahari terus-menerus, kehujanan, dikubur, apalagi dibakar. Hari ini, gue punya kesempatan untuk menuangkan pemikiran ini untuk kita diskusikan bersama.

Let me do mini "research" here...

Polybag biasnya digunakan untuk pembibitan tanaman. Setelah cukup besar (waktu bergantung pada masing-masing tanaman), tanaman tersebut harus dipindah tanamkan. Ploybag ini terbuat dari plastik. Umumya berwarna hitam. Ukuran diameternya pun bermacam-macam. Waktu gue kuliah dulu, gue sering banget pakai polybag saat praktikum mata kuliah tertentu. Bahkan, gue memakai polybag saat penelitian untuk skripsi.

Polybag yang gue gunakan waktu penelitian Jintan Hitam, jumlahnya diatas 100 buah polybag (Foto diambil tahun 2011)

Semenjak gue fokus mengurusi Diet Kantong Plastik, gue sangat sering membaca jurnal maupun artikel mengenai kantong plastik, bahaya, dan dampaknya. Sejak pembuatannya pun, kantong plastik membutuhkan minyak bumi dan gas alam (hasil sampingannya) sebagai bahan baku. Melalui serangkaian proses pabrik, bahan baku tersebut diekstrak menjadi polyetilen. Polyetilen tersebut kemudian dibuat menjadi bijih plastik. Bijih plastik inilah yang akan dicetak menjadi berbagai macam bentuk, ukuran, dan warna. Bayangin deh, berapa banyak bahan bakar minyak yang dibutuhkan untuk proses ini! Setelah menghasilkan produk jadi (bisa kantong plastik, botol plastik, gelas plastik, ember, polybag, dan lain sebagainya), kemudian didistribusikan ke berbagai tempat melalui jalan darat, laut, atau udara. Bayangin lagi deh itu bahan bakarnya pakai apa. Sampai ke konsumen, si barang plastik ini ada yang sekali pakai dan ada juga yang masa pakainya lama. Ujung-ujungnya dibuang juga. Syukur-syukur ada yang mengumpulkan dan diolah kembali jadi plastik. Namun, kondisi terakhir ini memang belum banyak.

Lalu, apa yang terjadi setelah plastik selesai digunakan? Ada yang dibakar, ada yang dibuang ke saluran air (ujung-ujungnya bisa sampai ke sungai dan bahkan laut), dikubur, atau ditimbun di tempat pembuangan sampah. Semuanya menimbulkan masalah lingkungan. Korbannya banyak, kita dan juga makhluk hidup lainnya. Kondisi seperti inipun terjadi pada polybag. Setelah masa pembibitan selesai, polybag-nya dikemanakan? Hayo...

Oleh karena itu, gue mengajukan hipotesis bahwa penggunaan polybag ini menimbulkan pencemaran baik pada media tanam dan lingkungan.

Mari kita sedikit membuktikan berdasarkan studi literatur yang gue lakukan via daring.

Jika ingin mengetahui tentang polybag, silahkan blogwalking kesini.

Kalau ingin mengetahui keuntungan dan kerugian menggunakan polybag, silahkan tengok disini.

Boleh juga tengok dan kritisi tulisan disini tentang pembuatan polybag.

Salah satu penggunaan polybag bisa dilihat ditulisan ini. Coba teliti, dalam tulisan ini juga mengkritisi tentang polybag.

Dalam tulisan-tulisan yang gue kutip di atas, masih banyak yang kurang mengekspos dampak penggunaan polybag terhadap media tanam dan lingkungan (kecuali tulisan ini). Dalam tautan terakhir, penulis dan gue sepakat bahwa penggunaan polybag akan berdampak buruk bagi media tanam dan lingkungan jika terpapar sinar matahari terus-menerus atau bahkan berlebih. Kondisi panas akan memicu senyawa kimia berbahaya (salah satunya dioksin) yang berada pada polybag akan keluar. Mencemari media tanam, lalu akan diserap oleh tanaman melalui akar (menurut pemahaman gue). Kalau ini tanaman pangan, kita yang akan terkena dampaknya. Kalau tanaman hias? Mungkin racunnya akan "menclok" di tanaman itu saja.

Selain itu, menurut tautan ketiga (disini) disampaikan bahwa polybag adalah salah satu bentuk pemanfaatan limbah plastik yang ada. Namun, menurutku, ini bukan solusi bijak karena pemanfaatannya sebagai polybag pun tetap akan membahayakan. Selain kualitas plastik yang akan menurun (menurut mentor gue di YPBB, baca: Teh Anil, plastik yang didaur ulang kualitasnya akan menurun), limbah plastik pun akan tetap ada. Jadi solusinya dimana?

Mari kita membicarakan pertanian berkelanjutan. Bertani dengan bertanggung jawab terhadap alam. Sektor pertanian dianggap sebagai salah satu bagian dari kabut peradaban (membuka hutan untuk lahan pertanian) yang "menjauhkan" manusia dengan alam asli (hutan). Namun demikian, dengan menerapkan prinsip pertanian berkelanjutan, kita masih bisa menjaga alam dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia dari alam. Bertani langsung di lahan, tanpa tambahan bahan-bahan sintetik (baik itu pupuk, bangunan rumah kaca, atau bahkan mulsa plastik). Ah, menyebut mulsa plastik ini juga bukan solusi berkelanjutan untuk pertanian. Ada solusi lain selain plastik kan? (Bacaan lebih lanjut tentang pertanian berkelanjutan bisa dibaca disini.)

Dengan bertani secara bertanggung jawab terhadap alam, kita tetap mendapatkan asupan pangan dengan sehat, menjaga ekosistem tanah untuk beraktivitas, menjaga lingkungan hidup dari dampak negatif bahan-bahan sintetik, juga meningkatkan kesejahteraan petani. I may say, kesejahteraan petani ini bukan melulu tentang uang.

Kesimpulan akhir dari gue, penggunaan polybag untuk pertanian bukan satu-satunya wadah yang bisa digunakan. Masih ada wadah lain yang bisa digunakan, tentunya yang lebih ramah lingkungan. Mengingat dampak negatif plastik, sepertinya kita harus menaruh perhatian penuh terhadap penggunaan polybag dalam aktivitas pertanian. Kita gak mau kan makanan kita tercemar oleh polybag (selain pestisida tentunya)?

Saran dari gue adalah perlu penelitian dan diskusi yang lebih ilmiah terkait penggunaan polybag (aku masih belum menemukan artikel ilmiah yang ditemukan di Google) sehingga informasinya pun lebih valid dan teruji. Semoga adik-adik di Fakultas Pertanian Unpad (maupun di perguruan tinggi lainnya) ada yang menaruh perhatian pada isu ini. Trims!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun