Argument yang paling kuat dalam diri perempuan ialah argument wajib (kepastian). Dari  kepastian ini diturunkan iman (bukti). Ketika bukti telah menjadi nyata, maka kepastian dari hati perempuan menjadi aktual (argument wajib).
Namun argumen kemungkinan belumlah terbukti, karena masih bersifat potensial. Dari hal ini, maka  perempuan melihat dari sisi hasil yang objektif dan  bukan prosesnya, melainkan hasil dari proses itu (pembuktian).
Seperti penjelasan  di atas bahwa argumen perempuan itu argumen wajib (bukti) inilah yang tertanam di dalam jiwa perempuan, karena pembuktian itu bisa menenangkan hati perempuan. Wajib (pembuktian) inilah yang menghadirkan cinta dan kekuatan perempuan.
Ada satu model argumen yang tidak bisa dikatakan wajib atau mungkin, akan tetapi ia bergerak. Pada hal-hal tertentu bisa meyakinkan dan hal tertentu belum meyakinkan, jadi argumen gerak ini, ada dalam diri perempuan yang wajib, tapi ada juga yang masih dipermukaan.
Ini-lah realisme jiwa, hal yang demikian ada dua persoalan yang muncul,Â