Sepanjang sore Enjang duduk terdiam di kursi belakang rumahnya. Entah mengapa ia begitu tampak khidmat duduk selonjoran di kursi reyotnya itu, padahal alih-alih nyaman, sekelas cecurut pun seolah ogah untuk sekedar singgah di dalam kursi yang sudah tak jelas bentuknya. Namun apa mau dikata, hanya tinggal kursi di belakang rumah ini yang bisa Enjang gunakan untuk merebahkan diri dan kembali mulai berangan-angan dengan santai.
KEMBALI KE ARTIKEL