Bukan cuma itu sifat super sang wasit. Sosok yang dulu dikenal dengan sebutan anggota korp baju hitam itu, punya kekuasaan mutlak yang nyaris tak bisa diganggu gugat, selama masih dalam proses pertandingan berlangsung. Seperti dalam memutuskan penalti, mengeluarkan kartu kuning atau bahkan kartu merah.
Dalam posisi itu, wasit benar-benar manusia super, karena bisa saja pelanggaran ringan ia anggap berat sehingga memberi keputusan penalti. Biar saja apa kata orang. Pemain mau protes? Boleh saja, tapi tak mungkin mengubah keputusan. Kalau ngotot, bisa-bisa malah tambah keluar kartu untuk si pemrotes.
Situasi semacam ini sudah sering terjadi dan akhirnya menimbulkan kontroversi. Sejauh ini, orang selalu bilang, inilah bagian dari permainan. Tapi jelas, bagian yang bisa menguntungkan satu pihak, namun juga bisa merugikan pihak lain.
Tapi menjadi manusia super alias Superman, hanya berlaku bagi wasit saat di dalam lapangan. Di luar lapangan, ia jelas harus tunduk pada organisasi dan komisi yang menaunginya. Nah, ini berlaku pada sosok Ahmad Suparman yang belakangan ini sering disebut-sebut karena sederet keputusan kontroversial yang ia keluarkan saat pertandingan Persipura Jayapura melawan Persiba Balikpapan di Jayapura pada 20 Februari lalu.
Mungkin sedang apesnya, pertandingan yang dipimpin wasit asal Jawa Barat itu ditayangkan secara langsung oleh televisi swasta, sehingga dengan sendirinya disaksikan jutaan pasang mata pandemen bal senegara Indonesia. Sayang sekali memang, tontonan yang seharusnya bisa menjadi hiburan menarik bagi pemirsanya, justru malah memunculkan insiden-insiden memalukan.
Kesalahan yang dilakukan Suparman memang cukup fatal untuk laga sekelas ISL. Dari tayangan ulang, para penonton bisa melihat jelas aksi pemukulan Andri Ibo terhadap seorang pemain Persiba Balikpapan dan juga Dominggus Fakdawer yang memukul striker asing Persiba, Fernando Soler. Untuk aksi itu, Suparman malah tidak mengeluarkan kartu merah untuk keduanya. Padahal untuk pelanggaran selevel itu, sudah sewajarnya wasit mengeluarkan kartu merah untuk kedua pemain. Banyak keputusan Suparman yang cenderung menguntungkan tuan rumah. Puncaknya, ia memberikan penalti kontroversial di masa injury time
yang dieksekusi Ian Louis Kabes sehingga Persipura akhirnya menang.
Kubu Persiba mencak-mencak luar biasa dan melayangkan nota protes ke PSSI. Kekecewaan Persiba itu juga didukung oleh banyak pihak yang menilai Suparman sudah keterlaluan dan layak dipecat oleh PSSI serta lisensinya dicabut sebagai wasit untuk laga kompetisi ISL. Pada Kamis (6/3) kemarin, Ketua Komite Wasit PSSI Robertho Rouw akhirnya mengeluarkan keputusan. Suparman diskors dan tidak diperkenankan untuk memimpin laga ISL sampai akhir musim ini. “Untuk ISL tahun depan baru bisa memimpin lagi,” katanya.
Suparman pun kini tidak bisa jadi Superman lagi, setidaknya sampai awal musim depan. Kasus Suparman ini sudah seharusnya menjadi pelajaran bagi semua, khususnya para wasit yang terhormat. Sudahlah, nggak usah macem-macem jika masih percaya kata bijak Jawa, becik ketitik ala ketara (bagus dan jelek akan terlihat dengan sendirinya).