Ada yang bilang pacaran dan Ta'aruf itu sama aja kalau pacaran punya kata dari Indonesia sedangkan Ta'arif kata dari Arab . yahhh mungkin mereka kurang belajar atau belum tahu apa maksud dengan kata-kata tersebut dan bagi yang tahu harus memberi tau yang belum tau .
Menurut saya , Pacaran itu datang dari budaya barat yaitu hubungan hati atau perasaan dua orang yang saling menyayangi dan mencintai akan tetapi belum siap untuk ke jenjang yang lebih resmi atau menikah dan bisa jadi hanya perkenalan saja untuk mencoba kecocokan satu sama yang lain , sehingga ada yang namanya putus kalau tidak cocok . Sedangkan Ta'aruf itu tersendiri datang dari budaya timur yang artinya perkenalan saja tidak sama seperti Pacaran dan ini yang di ajarkan Islam kepada umatnya .
Lebih banyak manakah antara Pacaran dan Ta'arufan ???Sudah bisa kita jawab pasti lebih banyak Pacara karena simple mereka bisa melakukan apa saja ketika saling menyukai setelah bosan mereka putus dan sangat instan sekali bukan , Sedangkan Ta'aruf di zaman kontemporer sudah sangat..sangat jarang sekali orang melakukan budaya ini karena di anggap membosankan .
Oleh karena itu tokoh-tokoh Indonesia tidak berani untuk mengharamkan terutama kaum agamis karena banyaknya yang melakukan tradisi pacaran . tetapi tokoh agamis mencari cara dengan pacaranlah dengan cara yang positive bukan negative .
Apa sih pacaran positive itu???pacaran positive itu sama layaknya dengan Ta'aruf tetapi ada suatu hubungan yang sekiranya memberikan dampak positive , salah satunya memberikan kebaikan dan motivasi agar menjadi lebih baik dari sebelumnya atau jadi acuan untuk semangat seseorang .
Sedangkan pacaran negative dan ini lebih banyak di lakukan oleh orang kita yaitu anak Indonesia . seperti sudah seperti istrinya sendiri tetapi belum ada resmi yang pasti sehingga banyak yang namanya hamil muda lalu di tinggal lari atau segala macamlah .
Tinggal kita pilih yang mana yang baik untuk kita terutama kaum remaja agar kita tidak terjurumus ke lubang jurang yang dalam sehingga kita menyesal nantinya .
