sebagai perokok aktif menjurus berat, hari pertama kerja saya sudah harus membuat pernyataan ma'af kepada manajemen pabrik karena tanpa sengaja saya mengantongi sebatang rokok yang seyogyanya akan saya hisap sebelum masuk ke kawasan pabrik, tapi karena sesak ingin buang air kecil dan di sekitar pabrik tidak ada toilet maka saya masuk ke pabrik untuk buang air kecil, tapi apa nyana rokok yang terselip di kantong lupa saya tinggal, tertangkap satpam di pintu masuk dan dilaporkan ke manajemen. menurut peraturan yang berlaku di pabrik saya seharusnya di pecat namun karena hari pertama saya diberi kelonggaran dan hanya membuat pernyataan maaf. selamat.
sebagai orang yang terbiasa bebas dan pengalaman kerja yang terbiasa di luar kantor, saya sedikit shock dengan keadaan kerja. peraturan-peraturan yang tentunya di buat untuk kenyamanan dan keselamatan kerja sedikit badan memberontak karena tak terbiasa. tidak boleh membawa rokok, tidak boleh membawa hp, dll..dll. membuat saya sedikit merasa di penjara selama jam kerja di tambah tembok tinggi mengelilingi kawasan pabrik.
namun yang sedikit membuat saya lemas adalah tidak adanya fasilitas ibadah di kawasan pabrik. terutama bagi umat islam yang notabene pekerja pabrik sebagian besar adalah umat islam, dan jam kerja mereka ada yang mulai jam 7.30 pagi sampai 7.30 malam. saya perhatikan buruh pabrik yang ada baik perempuan dan laki-laki meninggalkan sholat zuhur mereka, karena mereka memanfaatkan waktu istirahat yang 1 jam tersebut untuk benar-benar istirahat dan relax. lalu bagaimana yang melewati waktu-waktu sholat mereka di waktu isya, subuh, ashar dan magrib? apalagi hari jum'at yang seharus umat islam laki-laki wajib menjalankan ibadah sholat jum'at. kami para buruh hanya diberi waktu istirahat 1 jam dari jam 12 sampai jam 1 siang. sedangkan waktu sholat jum'at di daerah saya berakhir jam 13.20 wib.
saya bertanya apa harus saya menggadaikan akidah saya hanya untuk mendapatkan sekian perak rupiah sebagai buruh pabrik? shalat saya menjadi tidak lengkap 5 waktu lagi.
apakah pantas saya gadaikan waktu kebersamaan dengan istri dan anak saya yang sedah tumbuh kembang dan sedang lucu-lucunya hanya untuk beberapa rupiah sebagai buruh pabrik?
apakah pantas saya gadaikan kebebasan berekpresi saya hanya untuk sekedar menjadi buruh pabrik?
saya jadi berpikir sempit, apakah ini cara kaum kapitalis dan non muslim untuk membuat umat muslim di indonesia menjauhi agamanya? untuk menjadikan pribadi yang tidak bisa berekspresi dan kreatif? kaum miskin dan muda merupakan sasaran empuk dan mudah untuk perusakan akidah.
atau ini hanyalah takdir dan nasib yang digariskan kepada Sang Pencipta kepada kaum termarginal dan terhegemoni?