Calista, seorang gadis manis temenung menghadap ke arah keramaian di depannya. Calista selalu bertanya-tanya tentang makna sejatinya hidup karna sejak kecil ia hidup sebatang kara. Ayahnya meninggal saat usia Calista menginjak 9 tahun karna penyakit gagal ginjal yang dideritanya. Tidak lama dari itu, ibunya meninggal secara mendadak karena serangan hipertensi yang membuat pembuluh darahnya pecah. Sejak saat itu, Calista hidup sendiri dengan mengandalkan uang pensiun tinggalan ibunya yang tak seberapa. Seorang gadis kecil yang meramu kehidupan tanpa adanya orang tua. Jika ia menangis, rasanya sudah tak penting lagi karna baginya tangisan adalah makanan sehari-hari.
KEMBALI KE ARTIKEL