Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

234). "Tidak Harus Sapu Bersih yang Membersihkan"

18 Maret 2012   15:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:52 197 1

..Negeri yang makin terpuruk di berbagai dimensi ini seperti menunggu Satria Piningit yang turun dari langit untuk menyelesaikan permasalahan yang membelitnya. Lalu ada beberapa ‘satria piningit’ sedang digadang-gadang untuk itu. Selain punya kemampuan yang unik, sosok itu harus bersih, terutama punya track record moral yang fenomenal.

..Seorang Dahlan Iskan yang punya kapabilitas yang handal, kesederhanaan dia seperti membuat kita terpana. Ke kantor dengan busana seadanya, nebeng naik kereta api kelas ekonomi lagi. Ada juga Jokowi yang unik dan merakyat. Mampu membawa Solo dan SMKnya jadi ikon prestasi nasional.

..Satu hal yang suka kita syaratkan, si Satria Piningit itu harus bersih, biar bersih bersihin dan benahi negeri yang sudah acak dengan berbagai penyimpangan ini. Hanya sapu yang bersih yang bisa membersihkan, itu prinsip harga mati kita. Dan kebetulan mereka dua adalah sapu bersih itu.

..Apakah harus sapu yang bersih? Orang yang bersih tak cela sedikit pun? Itu kalau ada sapu yang bersih di tengah sampah jorok (sistem buruk) yang mengotorkan. Sama halnya kalau ada Dahlan dan Jokowi yang kalis(bersih) dari kesalahan di tengah intrik yang terus mencari-cari kekeliruan mereka.

..Kenapa harus terus mencari sapu yang bersih, kalau di sekitar situ yang ada cuma sapu kotor tapi tidak kotor-kotor amat? Bahkan tidak harus bersih dulu sapu itu untuk membuat sampah-sampah jorok yang berserakan kita sisir pakai sapu kotor tadi, lalu setelah itu sapunya kita bilas untuk sekali lagi menyapu lantainya biar lebih bersih.

..Kalau sapu memang lagi tidak ada yang bersih, manusia juga tidak ada yang sempurna dari pernah berbuat kesalahan. Apalagi sapu yang ada sudah terlanjur kotor di tengah sampah yang mengotorkan. Begitu juga, bagaimana berharap temukan orang yang masih baik di tengah sistem(buruk) yang tidak membaikkan?

..Jadi kenapa tidak kita manfaatkan saja apa dulu yang ada? Kita bisa menyapu dengan sapu yang kotor (belajar dari kesalahan yang ada). Setelah itu membilas sapunya (memahami kesalahan). Lalu dengan sapu yang sudah kita bersihin itu (dengan memaklumi akar permasalahannya), kita buat lantai kotor yang mau bersih itu, menjadi lebih bersih lagi (tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi).

..Mari kita songsong kesalahan…, eh kesadaran baru, karena (kalau bukan) kitalah satria piningit itu! (siapa lagi??? Wek-wek dot com)

..By : Di Timur Fajar

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun