..Satu lagi ulah dari anggota DPR kita yang kedapatan membuka konten porno di tengah rapat paripurna menambah buram wajah wakil rakyat kita. Terlebih perilaku yang tidak pantas ini dilakoni anggota fraksi PKS yang dianggap punya kredibilitas moral mumpuni dengan jargonnya bersih perduli dan professional. Lantas apalagi yang bisa diharap sebagai contoh dari mereka yang kita percayakan duduk terhormat di gedung Senayan sana?
..Kalau sebagian besar kaget dan kecewa, adalah orang semacam saya hanya menggeleng-gelengkan kepala sembari memaklumi bahwa yang demikian itu akan terjadi pada ‘waktu’nya. Bahkan ulah yang sama, yang berbeda jenisnya, kurang, atau lebih dari itu tidakkah sudah bersileweran di dalam gedung sana. Memang tidak semua, atau belum sebagian besar untuk mengatakan beberapa kasus sudah dilakukan berjamaah. Tapi itulah yang telah dan akan terjadi nanti kalau semuanya tidak segera disadari untuk diperbaiki. Jadi tidak cuma diobok-obok, dicaci maki; justru bijak mari kita coba pahami.
..Kita tidak perlu membuktikan semua penilaian di atas tadi karena beberapa ulah tidak sampai kedapatan. Kedapatan kalau hanya antara sesama mereka, paling dibiarkan karena punya ulah yang sama, kurang atau lebih. Misalnya tidak,apakah hanya soal belum dan jaga-jaga jangan nanti akan melakukan hal yang sama. Ada yang punya komitmen moral tidak akan seperti itu, sekarang dan nanti,toh tidak punya daya cekal kalau system yang mengkondisikan satu kekurangan di sana terlalu kuat untuk dikoreksi.
..Jadi hanya soal apes saja kalau tindak kedapatan itu datang dari pihak luar. Itu juga wartawan yang siap dengan kameranya. Karena kedapatan di kita, sistem kita; memerlukan pembuktian(rekam jejak). Atau jangan-jangan seperti dilansir: ada semacam jebakan atau rekayasa. Berarti unsur politik saling menjatuhkan sayangnya harus jadi dasar dan motif untuk menguak sesuatu yang tidak benar di dewan sana. Kenapa untuk sesuatu yang benar, bermaksud memperbaiki keadaan yang salah, tidak ditemukan dalam kamus sistem kita? Yakni dengan cara, niat, atau motif yang benar benar ‘benar’. Tidak harus direkayasa, bawa-bawa kamera, atau butuh ketangkap basah.
..Coba kita pahami benang merah dari persoalan ini, fokus saja pada soal perilaku Arifinto dan ‘sesamanya’. Tidakkah kita berpikir itu semua sudah tertulis di kalam‘Laugh Ma’fuz’nya (tolong diperbaiki) eksistensi DPR kita.
..Apa yang masih membuat mereka berasa dengan semua idealisme (kalau itu memang mereka sandang sedari awal) dalam sistem politik kita yang tidak lagi berorientasi pada perbaikan mutu kehidupan berbangsa ini.