Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

93) Selagi Masih Berburuk Sangka

3 Januari 2011   00:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:01 106 0

. . . Saya sering berburuk sangka sebagai cara menyikapi persoalan yang timbul dengan orang lain. Ada rasa menyayangkan kenapa sampai demikian. Tapi setelah coba memahami alasan-alasan yang mendasarinya, saya harus memaafkan diri saya sepenuhnya.

. . . Kita tidak hidup sendiri lalu persoalan yang timbul dengan orang lain datangnya hanya karena dari diri sendiri. Karena kalau memang seperti itu saya mungkin bisa memperbaikinya secepat yang saya bisa. Kadang persoalan yang timbul datang dari kesalahan orang orang di lingkaran kita, ini yang jadi masalah. Mereka itu seperti anak kita, suami atau istri kita, saudara kita, famili kita, orang orang kita yang seorganisasi, seRT, seRW, sekampung, atau semarga dengan kita.

. . . Saya tahu ada adagium: kita tidak harus bertanggung jawab dengan kesalahan yang tidak kita perbuat. Kita tentunya senang dan bisa tidur nyenyak kalau prinsip ini tidak saja kita yang tahu, tapi ‘mereka’ juga tahu.

. . . Siapa mereka? Entahlah, saya juga tidak tahu sebelumnya. Lagi sedang tidur nyenyak tadi, eh mereka datang tiba-tiba mengobrak-abrik tempat hunian kita. Itu hanya karena ada orang semarga dengan kita mencari gara-gara dengan mereka. Lumayan alasannya karena ada yang cari gara-gara. Kadang kesalahpahaman yang tidak jelas ujung pangkalnya membuat mereka dengan gampang mencari sasaran pelampiasan.

. . . Jadi kalau sudah begini, saya sering membayangkan yang buruk-buruk untuk mengantisipasi kemungkinan yang terburuk. Sering saya menasehati ‘orang-orang saya’ untuk selalu membina hubungan baik dengan sesama warga. Jagalah jarak kalau kita tidak bisa menerima sifat dan sikap orang lain yang bagi kita tidak nyaman. Mending tidak akrab dari pada status hubungan kita sudah pada skala ‘awas marahan’. Bagi saya, seratus kawan itu masih sedikit, seperseratus lawan atau musuh, itu sudah terlalu banyak.

. . . Sekian dulu. Ke depan, semoga saya bisa memperbaiki cara dan prinsip hidup saya dalam menyikapi persoalan ini. Siapa tahu ada yang lebih baik dan itu datangnya dari teman-teman di kompasiana ini. Salam kenal, saya Fajar.

. . . By: Fajar / Rahayu Winnet

. . . NB: Perlu diciptakan sistem sosial yang kondusif untuk menjaga hubungan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun