membebaskanmu dari enyam dahaga
saat peluh-peluh bercucuran rasa
sekarang hanya kau lihat renta adanya
lupa, engkau haus di umur berkeringat
dan alpa asinnya peluh tangan legam yang mungkin tak sempat
hadir di setiap detak sudut-sudut hitungan waktu
merunyam kesenangan ego sibukmu
lalu dalam usia bebal
membiarkan, benak menggeram berkubang lupakan kasih
yang dulu berbasah melimpahkan bulir-bulir cinta
menghirup peluh bertahunan berkat
tapi, tidak
dirinya kukuh berdiri atas kaki-kaki surga
bahkan saat seakan bibir neraka menyentuhnya
peluhnya sendiri yang menyangga
tanpa kita sadari bahwa
dia mahal untuk berkeluh derita
***