Siapa yang tidak suka minum susu? Sebagian orang memang tidak menyukai aroma dan efek susu yang bikin mual alias enek. Namun mayoritas orang termasuk saya percaya bahwa kebiasaan minum susu adalah bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Susu dalam hal ini susu perahan sapi, adalah minuman sehat berkalsium tinggi. Apalagi untuk usia anak-anak, saat masa pertumbuhan.
Kacamata para ahli medis menyatakan kandungan kalsium, fosfor, magnesium dan protein dalam susu sangat penting untuk mencegah serangan osteoporosis (tulang keropos) di masa tua. Kalsium danfosfor juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan gigi.
Namun beberapa waktu belakangan ini, para ahli memiliki pandangan yang berbeda, soal apakah susu punya nilai gizi pada tubuh manusia. Sebuah hasil penelitian dari Harvard School of Public Health di Amerika Serikat cukup mencengangkan karena memberikan beberapa argumen kelemahan dan bahaya mengkonsumsi susu.
Pertama, orang yang tidak toleran dengan laktosa tidak cocok minum susu. Intoleransi laktosa setelah minum susu dapat menyebabkan kram perut, kembung dan diare. Kedua, banyak produk susu mengandung lemak jenuh, penyerapan yang berlebihan dari lemak jenuh adalah faktor yang meningkatkan resiko penyakit jantung. Ketiga, peningkatkan kemungkinan kena resiko kanker ovarium. Keempat, kemungkinan meningkatkan resiko kanker prostat. Selengkapnya anda bisa baca di ‘Susu Menyebabkan Kanker?’
Asumsi soal berbahayanya kandungan susu itu dikuatkan oleh David Ludwig, seorang profesor Universitas Harvard dalam makalah yang diterbitkan oleh "Journal of American Medical Association Pediatrics.” Dalam makalah yang mempertanyakan nilai gizi susu bagi manusia itu, Ludwig menyatakan minum susu tidak dapat mencegah masalah patah tulang pada orang dewasa. Bagi anak-anak susu mengandung gula tinggi, bila ditambah cookies memungkinkan kadar gula dalam seporsi makanan anak-anak menjadi terlalu tinggi.
Fakta-fakta negatif nan mengerikan yang memungkinkan menyerang tubuh manusia itu, akan terjadi seiring kualitas susu yang dikonsumsinya. Kualitas susu yang saya maksudkan adalah saat proses produksi susu tersebut. Beberapa penelitian terkait peternakan sapi perah menggunakan ‘bahan-bahan berbahaya’ atau obat-obatan berefek negatif’ dalam industri produk susunya. Susu sapi modern artinya yang diproduksi skala industri tidak menggunakan sistem alamiah lagi. Hal ini berkaitan dengan aspek bisnis dan komersialisasi. Tentunya akan menggunakan sistem yang menguntungkan dan seringkali mengabaikan kualitas dari produknya, dalam hal ini susu.
Riset literatur mencatat, penelitian yang dilakukan Universitas Harvard menemukan bahwa hasil produksi produk susu dari industri peternakan terkait dengan hormon yang menyebabkan kanker. Concentrated Animal Feeding Operation (CAFO) menilai peternakan model industri menyebabkan output susu mengandung estron sulfat tingkat tinggi, yang merupakan sejenis estrogen yang berhubungan dengan kanker testis, kanker prostat dan kanker payudara.
Catatan Cancer Prevention Coalition (Koalisi Pencegahan Kanker) menyebutkan bahwa para pekerja pertanian di Amerika Serikat menyuntikan genetika hormon pertumbuhan sapi (rBGH), untuk membuat sapi menghasilkan lebih banyak susu. Hormon ini berefek meningkatkan resiko kanker.Sapi yang telah disuntik hormon ini dapat menghasilkan 20% lebih banyak susu, tetapi hormon dapat merangsang lever hingga menyebabkan insulin-like growth factor 1 (IGF-1) meningkat. Insulin-like growth factor 1 (IGF-1) dalam susu tidak akan dicerna oleh tubuh manusia, tetapi dapat diserap dalam usus masuk ke dalam aliran darah dan mempengaruhi hormon lainnya. Bayangkan efeknya apabila susu ini dikonsumsi rutin dalam jangka bertahun-tahun. Mengerikan bukan!!