Banyak contoh menggelikan di Jawa Tengah
Ini salah satunya. Suatu saat seorang kuli bangunan mendadak memiki sederet rumah kontrakan. Memborong sawah dan pekarangan. Mobil gres. Mendadak pula jadi juragan dengan mengubah total gaya hidup. Khas orang kaya baru. Hayo Tebak reaksi tetangga?
Bisik bisik pada ngomong sambil maen selidik secara berjamaah:
- "nyupang apa yah tuh orang koq ujug ujug kaya?"
- "babi ngepet, mungkin, ih serem!"
- "sttt, anaknya bulan lalu mati. Jangan jangan buat tumbal. Sadis."
- "oh iya, dia kemaren beli ayam dan kambing serba hitam bulunya. Jangan jangan...? Setan tuh orang!"
- "bapak2 dan ibu2 mari waspada jangan sampai keluarga kita jadi tumbal orang itu yang pake ilmu pesugihan, minta korban darah karena bersekutu dengan setan"
- "astaghfirullah, amalan musyrik masih aja dilakoni demi jadi kaya. Naudzubillah min zalik!"
Tidak Mau Nanya, Sukanya Main Fitnah
Di kampung kampung ketika kemiskinan merayap dari jaman ke jaman adalah haram jadah bila Anda tiba tiba kaya. Kecuali bila Anda merantau ke metropolitan atau ke luar negeri. Setelah itu Pulang mudik silakan unjuk gigi. Sekaya apapun tak jadi soal. Bahkan harta hasil nipu atau hasil rampok pun tak ada yang mau tau.
Tapi bila bercokol di kampung siap siaplah dicecar pertanyaan menusuk jantung.
Mas, sampeyan nyupang apa sih? Lah wong Sampeyan nggak ke mana mana. Di kampung saja. Nguli dari dulu. Koq bisa punya harta melimpah dadakan begitu. Sampeyan nyupang apa? Ngaku dong. Ajarin caranya dong. Bagi bagi sini dong.
Ketika tidak tahan lagi orang kaya baru itu buka kartu. Terpaksa. Walau diminta tutup mulut: "MAU TAU? Ayah angkat saya orang Belanda. Saya ini anak angkatnya. Bulan lalu beliau meninggal dunia dan menulis wasiat. Isinya saya dapet bagian sekian Gulden atau sekian milyar kalo di-rupiahkan. Sudah puaskah bapak2 dan ibu2 semua?"
"Oooo....begitu ceritanya?" serentak warga kampung terperangah, malu hati secara berjamaah.
:::