Sampai di Tel Aviv Ariel celingukan. Hati bertanya-tanya. Koq sepi yach nggak ada tanda-tanda hingar-bingar hajatan sepakbola. Koq nggak keliatan orang-orang kulit hitam Afrika. Koq banyak tentara dan polisi siap tembak. Busyet,Rasanya seperti di planet lain aja. Tapi bukan!!! Sepertinya gue sering liat di TV-TV. Di mana yach? Mau nanya petugas akh.
Ketemu cewek berseragam petugas bandara, Ariel nanya pakai bahasa Sunda dg gaya selebriti kepada fans, “Neng, kumaha damang?” (“Neng, apa kabar baik-baik bukan?”). Si cewek langsung menyambar pistol di pinggang, curiga, “Hey, who are you? Are you terrorist?” Arief membaatin: Busyet galak amat, jauh-jauh mau nonton bola disangka teroris. Bukannya minta foto bareng atawa minta tanda tangan sama gue seperti cewek-cewel lain. Sialan nih cewek!!!
Ariel ngajak bicara dalam bahasa Inggris. “Mba, saya dari Indonesia. Nama saya Ariel Peterpan. Saya penyanyi pop, bukan teroris. Saya mau piknik. Mau cari ketenangan.”
“Oh, Indonesia? Selamat datang di Tel Aviv, Tuan Ariel Peterpan” Mulai ramah.
“Ha, apa? Tel Aviv? Saya mau ke Johanesburg Afrika Selatan, mau nonton Piala Dunia.”
“Anda salah tujuan.Makanya kalo mau apa-apa dipikir dulu dong. Jangan cari penyakit.”
Duh, gawat!!!Gawat!!! Gawat!!! Masuk ke wilayah perang. Amit-amit deh ke Tel Aviv. Salah-salah kena tembak tentara Israel atau kena bom pejuang Palestina. Ariel berbisik cemas. Singkat cerita mereka berdua jadi akrab. Ariel tak keberatan ngobrollama-lama sama cewek Israel yang cantik-bahenol-gaul. Si cewek kepincut sama Ariel yang diyakininya artis papan atas Indonesia idola cewek-cewek.