Memasuki bangku universitas biasanya berarti, "Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup, jadi saya akan kuliah."
Tahun-tahun kosong menguatkan hal ini.
Mereka menunda taktik.
Sejumlah orang cukup beruntung dapt mengetahui apa yan ingin mereka lakukan pada awal-awal kehidupan.
Sebagian besar orang mengalami kesulitan dalam memanfaatkan aset mereka untuk tujuan yang berguna.
Saya ikut prihatin dengan orang-orang ini.
Situasi seperti itu tidak mudah bagi mereka.
Namum kuliah di universitas tidak memecahkan kesulitas mereka.
Hal ini hanya dapat dipecahkan dengan pergi bekerja.
Bekerja Saja:
Jika Anda mulai bekerja pada usia 18 tahun,
Anda 5 tahun lebih dulu daripada orang yang baru mulai bekerja pada usia 23 tahun.
Pada usia 23 tahun dengan segala pendidikan Anda, Anda masih akan menjadi yunior di kantor.
Jika keputusan karir Anda salah ketika masih muda, Anda dapat mengubah arah,
tetapi pada umur 28 tahun agak terlambat untuk menyadari bahwa Anda berada pada pekerjaan yang salah.
Jadi jangan kuliah kecuali subyek yang Anda pelajari melekat di hati.
Langsung bekerja sajalah dan lakukan pembelajaran Anda di sekolah kehidupan.
*
*
Dari awal hingga akhir Itulah yang ditulis dalam (sepenuhnya dikutif dari) buku laris manis "What Ever You Think, Think The Opposite" karya Paul Arden, legenda dunia periklanan Inggris. Terkenal sebagai pemikir brilian dalam menemukan ide-ide kreatif, imaginatif, dan inovatif. Juga pendobrak pemikiran dan paradigma yg sudah mapan, lapuk, jumud, mandek, buntu, bebal tapi masih banyak dipertahankan khalayak. Dia mantan Direktur Eksekutif Kreatif di perusahaan swasta Saatchi & Saatchi.
Sengaja saya comot Bab tersebut dari hal 110-111. Sungguh amat mengesankan!!! Ketika kita rame-rame menyuruh anak-anak kuliah. Ketika kita rame-rame malu jika anak gagal kuliah. Paul Arden dari Inggris menampar kita dengan gagasan autentik dan anyar. Untuk mengingatkan diri saya dan juga pembaca. Betapa pembelajaran kehidupan, tujuan hidup, cara mengarungi bahtera dunia....banyak kita temui di dunia kerja. Sekali lagi: kerja.
Saya teringat dua tokoh besar yang pernah ditolak oleh bangku kuliah dan oleh universitas yang pongah dengan aturan yang kaku. Teringat Albert Einstein penemu nuklir. Teringat Bill Gates legenda perangkat lunak komputer dan salah satu manusia terkaya abad ini. Bill Gates malah sudah ngutak-atik program komputer pada usia 14 tahun bersama sahabat-sahabatnya. Mereka menciptakan sendiri sebuah sistem dengan bolos-bolos sekolah. Berhasil mencipatakan perangkat lunak Disk Operating System (DOS) untuk Personal Computer. Lalu dibeli hak ciptanya oleh raksasa komputer dan peralatan kantor IBM Corp dengan imbalan lumayan menggiurkan untuk ukuran remaja.
Babak berikutnya Bill Gates berkibar dg perusahaannya sendiri Microsoft Corp dengan produknya yg menguasai dunia bernama Windows. Aneh ya, nama produknya sederhana banget. Perhatikan. Windows=Jendela hik hik hik...
Kembali ke Paul Arden dan gagasannya untuk mengutamakan dunia kerja jika kuliah tidak menemukan subjek yang benar-benar meresap dalam hati siswa. Agar tidak buang-buang waktu dan biaya sekedar untuk menyandang gelar kesarjanaan. Dengan mengorbankan start lebih awal yang memberikan kemungkinan mengorbit ke puncak lebih cepat. Mari berpikir kembali dengan jernih.
Faktanya banyak cerita sukses yang tidak terkait dengan gelar sarjana. Faktanya banyak sarjana yang tidak menguasai disiplin ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah. Dan faktanya banyak pengangguran bergelar sarjana di negeri kita. Sementara lowongan kerja makin langka. Mari berpikir kembali dengan jernih.
Masih mau ngotot harus kuliah? Harus jadi sarjana dulu??
*
Ragile, 15jan2010