(a) siapa yg pantes jadi raja/ratu,
(b) siapa yg enak dilihat,
(c) siapa yg ngetop,
(d) siapa yg tidak punya skandal yg memalukan ( isu HAM tidak termasuk).
(e) siapa yg ngasih amplop
Makanya image engineering (rekayasa pencitraan) lah yg paling ampuh menarik keluguan hati mereka. Team sukses SBY benar-benar sukses di sektor vital ini yg luput serius digarap oleh rival-rivalnya yg masih mengandalkan metode jadul (jaman dulu): demo, kritik, buka posko, buka cabang/ranting/daun.
Bagaimana hebat & dahsyatnya Image Engineering oleh team sukses SBY, silakan baca postingan saya pada: Penggelembungan Citra: Menerbangkan SBY Ke Atas Awan (bag #1 s/d #3).
Hasilnya sampai hari ini 18-Mei-2009, SBY tetap berada di atas awan sementara JK dan Mega masih terseok-seok padahal Pilpres 2009 sudah sangat dekat. SBY hampir pasti menang mudah pada putaran pertama. Kalo berlanjut ke babak kedua, segala kemungkinan bisa terjadi dimana SBY tetap masuk babak final.
SBY Unggul: Inovatif, Unik, Melawan Arus, Menakjubkan
Kita tau Pemilu Presiden secara Langsung membutuhkan pribadi capres sbg produk yg harus punya daya tarik tinggi untuk dijual. Di sini team marketing, PR, dan media massa menjadi ujung tombak untuk menjembatani sambung rasa antara capres (sbg produk) dg khalayak (sbg konsumen). Tugas mereka jadi mudah bila capres punya keunikan yg menakjubkan yg hanya bisa didapat dari ide kreatif yg berani ambil resiko dan benar-benar baru.
Dalam konteks pemasaran produk dan pelahiran ide kreatif merebut hati khalayak, saya kutip disini kiat-kiat jitu dari buku “What Ever you Think, Think The Opposite” by Paul Arden:
1) George Bernard Shaw berkata, “Orang yg rasional mengadaptasikan dirinya dg dunia. Orang yg tidak rasional mengadaptasikan dunia dg diri orang tsb. Semua kemajuan bergantung pada orang yg tidak rasional”. Dengan “Rasional” dia menunjuk kpd orang yg ikut-ikutan orang banyak, dg “Tidak rasional” dia menunjuk kpd orang yg menemukan ide baru yg tidak terpikir oleh orang banyak.
2) “Bikin saya takjub,” kata Alexey Brodovitch, Direktur Seni Harper’s Bazaar.
SBY sukses pada Pilpres 2004 dg menemukan ide baru yg unik dan bikin khalayak takjub: (a)Capres Yg Pinter Nyanyi, (b) Imut-imut spt peserta Akademi Fantasi Indonesia (AFI), (c) Lebih santun dan lebih jinak daripada sipil manapun (gaya Aa Gym). Dia jadi idola dimana-mana. Hebat kan? Sementara Megawati, Wiranto, Amien Rais, dan Hamzah Haz nampak spt rombongan orang tua yg bawel dan banyak tingkah. Hasilnya Anda tau sendiri kan...
SBY juga menempatkan dirinya sbg pemimpin jaman reformasi terbukti dg pilihan warna biru untuk Partai Demokrat sama dg PAN yg dibidani oleh ikon reformasi yaitu Amien Rais. Ingat, dalam benak kita warna merah identik dg PNI/Orde Lama, warna kuning identik dg Golkar/Orde Baru, warna hijau identik dg Masyumi/partai Islam.
SBY juga mudah mendulang dukungan dari kaum reformis untuk Pilpres 2009 mengingat dia pro UUD 45 yg di Amendemen. Beda dg kubu JK-Win dan Mega-Pro dimana di dalamnya ada kelompok Wiranto dan kelompok Prabowo yg ingin kembali ke UUD 45 asli, yg tentu saja meresahkan kaum reformis. Dukungan Amien Rais dkk dan partai-partai hijau kpd SBY harus dibaca dlm konteks ini untuk tujuan stategis.
Setelah naik jadi RI-1 SBY berubah wajah jadi Soeharto baru. Ini kontradiktif menurut saya. Bisa sangat menguntungkan krn isu "rindu Soeharto" sukses berkumandang. Bisa sangat membahayakan SBY sendiri krn Soeharto identik dg diktatorisme.
Apakah semua itu kebetulan? Pastilah sudah direncanakan dg matang, bukan?
Lalu dimana letak kelemahan SBY? dan apa yg bisa dilakukan rival-rivalnya untuk memperlambat kemenangan SBY dan mengalahkannya di babak kedua?
Apakah Anda sependapat dg saya sampai bab ini..?
Apakah Anda akan satu pikiran dg saya untuk bab berikutnya..?
Mari tukar-pikir kawan, be my guest!