Manuver SBY itu tak lain untuk menjalin aliansi strategis dg PDIP dus menempatkan JK-WIN sbg musuh bersama. Kubu PDIP yg merasa ditinggal GOLKAR-HANURA menyambutnya sbg simpati dari PD/SBY, maka Taufik Kiemas & Pramono Anung menyambut gembira, kali buat pelipur lara. Tapi belum ada sinyal dari Megawati. Saya harap Megawati menolak ajakan koalisi dg PD apapun resikonya, atau kredibilitas PDIP hancur lebur.
Setahu saya pendekatan ekonomi dan moneter SBY lebih condong ke kapitalis-neo lib, sedangkan Mega belakangan lebih sreg dg sosialis-new left. SBY akan terus merapat ke Amerika dan sekutunya, Mega akan merapat ke China dan India seperti pernah dimulai sejak jaman Gus Dur. Bagi Indonesia yg tahu bahwa kejayaan kapitalisme telah berakhir dan Amerika serta sekutunya di ambang kehancuran, dan pada saat yg sama China dan India muncul sbg raksasa ekonomi baru, maka PDIP siplah koalisi dg PD asal Megawati jadi capres, SBY lengser. Atau SBY sbg capres tapi seluruh tim ekonomi, kebijakan ekonomi dan moneter dan kebijakan luar negri diserahkan ke kubu PDIP. That is a win-win solution.
Saya lihat Megawati tidak terpancing dg manuver SBY yg super cerdas. Megawati bisa saja gagal nyapres, tapi itu lebih terhormat daripada koalisi dg PD hanya untuk politik dagang sapi. PDIP bisa memanfaatkan momentum ini kalo Mega bersikap nothing to loose soal nyapres. Toh Manuver SBY ada titik lemahnya yaitu membuat mitra-mitra koalisi dari partai hijau mulai gerah khawatir tidak direken lagi.
Kita liat saja bakal banyak kejutan di babak-babak akhir menjelang injury time pendaftaran capres-cawapres tgl 15 Mei 2009.