Salah satu kendala utama adalah minimnya apresiasi terhadap sastra lisan. Banyak generasi muda yang menganggapnya kuno dan kurang relevan. Padahal, sastra lisan adalah media pembelajaran yang kaya akan nilai moral, filosofi hidup, dan identitas budaya. Dengan teknologi, cerita-cerita ini dapat dikemas ulang dalam bentuk yang lebih menarik seperti podcast, atau video animasi.
Adapun beberapa cerita rakyat yang hanya hidup dalam ingatan para sesepuh tanpa tercatat secara formal. Tanpa adanya upaya untuk melestarikan atau menjaga cerita-cerita tersebut, yang berpotensi hilang selamanya. Oleh karena itu, dibutuhkan peran yang baik untuk mengarsipkan sastra lisan dalam bentuk digital.
Selain itu, kreativitas juga diperlukan agar sastra lisan relevan dengan audiens modern. Cerita rakyat bisa diadaptasi menjadi konten media sosial, drama, atau hal-hal lainnya yang relevan pada zaman digital ini. Khususnya generasi muda yang melekat dengan teknologi bisa belajar mencintai budaya mereka sendiri melalui media yang lebih sesuai dengan gaya hidup mereka.
Melestarikan sastra lisan bukan hanya tanggung jawab budaya, tetapi juga langkah untuk memperkuat identitas nasional. Dengan memanfaatkan teknologi, kita tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memastikan bahwa nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya tetap hidup dan relevan di masa depan.