"O" mengangkat beberapa tema utama yang saling berkelindan, menjadikannya sebuah karya yang padat dan reflektif. Salah satu tema yang paling menonjol adalah cinta dan pencarian identitas. Tokoh utama dalam novel ini, seekor monyet bernama O, menjelajahi dunia manusia untuk menemukan makna cinta yang sejati. Melalui perjalanannya, Kurniawan menyentuh isu-isu kompleks seperti diskriminasi, penindasan, dan kebebasan individu. Cinta dalam "O" bukanlah sekadar perasaan romantis, tetapi juga representasi dari kebebasan dan pencarian jati diri.
Tema lain yang penting adalah kritik sosial terhadap struktur masyarakat dan politik di Indonesia. Kurniawan menggunakan tokoh-tokoh hewan dalam novel ini sebagai metafora untuk menggambarkan berbagai lapisan masyarakat, dari yang terpinggirkan hingga yang berkuasa. Dengan cara ini, ia menciptakan cermin yang tajam bagi pembaca untuk melihat realitas sosial yang seringkali tidak nyaman.
Karakter dalam "O" sangat beragam dan penuh warna. O, sebagai protagonis, adalah cerminan dari perjuangan manusia untuk menemukan tempat mereka di dunia. Meskipun ia seekor monyet, pencariannya akan cinta dan kebebasan sangat manusiawi. Karakter lain seperti Sobar, si pelukis yang menjadi kekasih O, serta tokoh-tokoh hewan lainnya, memperkaya cerita dengan memberikan perspektif yang berbeda tentang kehidupan dan perjuangan.
Kurniawan juga menciptakan karakter-karakter yang kompleks dengan latar belakang dan motivasi yang mendalam. Misalnya, Sobar tidak hanya berfungsi sebagai kekasih O, tetapi juga sebagai representasi dari seniman yang bergulat dengan inspirasi dan realitas sosial yang keras. Melalui interaksi antara O dan karakter lainnya, Kurniawan menyoroti dinamika kekuasaan dan marginalisasi dalam masyarakat.