Di Kampung Caping, Jalan Imam Bonjol, Kota Pontianak. Kehidupan sehari-hari keluarga Eka tidaklah mudah. Suami Eka, yang terbatas dalam bekerja karena penyakit komplikasi, hanya mampu bekerja sebagai driver Gojek sebagian waktu pada sore hari. Dengan penghasilan terbatas, berkisar antara Rp500.000 hingga Rp1.000.000 per bulan, mereka harus mengelola kebutuhan rumah tangga dan biaya berobat suami yang sakit.
Tak hanya itu, rumah tempat mereka tinggal harus digusur oleh pemerintah untuk perluasan jalan tanpa kompensasi yang memadai. Uang tunai Rp30.000.000 yang mereka terima pun habis untuk membayar hutang dan biaya berobat, meninggalkan mereka dalam kondisi finansial yang sulit.
Dalam menghadapi semua ini, keluarga Eka bergantung pada bantuan sosial seperti sembako, uang tunai, dan beasiswa. Meskipun demikian, mereka berharap akan adanya tambahan bantuan, terutama mengingat kenaikan harga sembako yang semakin membuat kebutuhan sehari-hari sulit dipenuhi.
Ibu Eka tidak sendiri dalam perjuangannya. Dibantu oleh pak RT dan pihak lainnya, ia terus berusaha untuk mendapatkan bantuan yang memadai demi meringankan beban keluarganya. Meskipun dalam kondisi yang terbatas, Ibu Eka tetap menunjukkan kekuatan, ketabahan, dan harapan yang luar biasa dalam menghadapi tantangan hidup yang sulit.
Wawancara mendalam dan observasi yang dilakukan dari Februari hingga April 2024 menegaskan bahwa kisah keluarga Eka Susanti adalah contoh nyata tentang bagaimana seseorang dapat tetap bertahan dan berharap di tengah badai kehidupan yang sulit. Keberanian dan semangatnya menginspirasi banyak orang untuk tetap bersikap positif dan pantang menyerah di tengah cobaan hidup.