Samin Surosentiko lahir di Blora pada tahun 1859. Tokoh ini berasal dari keluarga bangsawan Jawa yang biasa disebut ningrat. Ia merupakan pelopor dari ajaran saminisme. Paham ini pertama kali disebarkan pada tahun 1890. Walaupun Samin seorang ningrat, ia juga bekerja sebagai petani yang menyebabkan ia dapat lebih mudah berbaur dengan masyarakat dan menyebarkan ajarannya. Cara pengikut Saminisme melakukan perlawanan adalah dengan tanpa kekerasan, seperti menolak membayar pajak, kerja bakti, dan mengumpulkan hasil tani. Pengikut saminisme menganggap cara perjuangan konvensional atau dengan kekerasan selalu gagal dalam sejarah sebelum Samin Surosentiko lahir.
Menghadapi ajaran ini, pemerintah kolonial awalnya tak menghiraukan penyebaran ajaran ini. Konflik dengan masyarakat Samin baru terjadi pada 1905, ketika pembangkangan yang mereka lakukan mulai mengganggu pemerintah Belanda. Jumlah pengikut ajaran ini juga berkembang dengan cukup pesat, sehingga menimbulkan kekhawatiran di pemerintahan. Hingga puncaknya pada tahun 1907, muncul isu bahwa Saminis akan melakukan pemberontakan di Blora. Isu tersebut membuat pemerintah kolonial panik dan melakukan tindakan represif dan agresif kepada Saminis. Gerakan ini akhirnya dilarang, dan pemimpinnya, Samin Surosentiko diasingkan ke Padang hingga akhir hayatnya.
Walaupun paham Saminisme telah berumur lebih dari 1 abad, paham ini tetap eksis dan relevan hingga saat ini. Mereka tersebar di sejumlah daerah, seperti Kudus, Blora, dan Pati. Ciri khas dari masyarakat Saminis adalah cara mereka memperlakukan alam dan sesama manusia. Alam diperlakulan sebaik-baiknya, tidak eksploitatif, dan mengambil seperlunya. Mereka memperlakukan sesama dengan setara dan tanpa membeda bedakan.Â