“Melodi, jika kita mendengar kata ini pasti akan terbayang deretan nada yang membentuk suatu irama yang tersusun rapi. Tapi bukan untuk yang satu ini, dia adalah alasanku untuk hidup. Benar, Melodi adalah nama seorang perempuan yang telah menjadi temanku sejak kecil. Dia selalu menemaniku setelah perginya kedua orang tuaku di sebuah kecelakaan saat aku masih berumur tujuh tahun. Wanita yang seumuran denganku ini tinggal bersama kedua orang tuanya, pak Oktarian dan bu Febby. Sayangnya, kedua orang tua Melodi meninggal saat ia duduk di bangku SMA tiga tahun silam. Sekarang aku yang akan bertanggung jawab penuh atas dirinya.” Tulisku di buku harian sembari menunggu Melodi yang sedang piket kelas.
KEMBALI KE ARTIKEL