Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Bayangkan Waktu seperti Angin

12 Januari 2012   06:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:00 167 0
Bayangkan waktu mengambil sifat seperti angin. Ia bergerak dinamis, mengalir dalam ritme. Beriak. Jikalau angin berhembus karena perbedaan suhu dan tekanan, waktu bertiup karena desakan gelombang elektromagnetik semesta.

Maka di dunia kita akan menyaksikan perbedaan ritme aktifitas manusia karena efek riak-gelombang waktu ini. Di belahan dunia sana orang-orang selalu bergegas. Bergerak berhamburan. Bangun pagi-pagi, mencuci muka, perempuan berdandan ala kadar, sarapan lima menit, mengejar bis, bekerja dalam tekanan tenggat waktu ketat dan bos yang selalu tak sabar menunggu laporan, mengunyah makan siang seperti mengunyah sagun, mengetik laporan seperti jari mengetuk lagu tempo tinggi, berbincang dua tiga kalimat, sore datang, tergesa-gesa pulang. Mereka terlihat sedikit lebih tua dari umur mereka.

Di belahan dunia lain, kehidupan berjalan lambat, seperti kapas melayang-layang sebelum jatuh ke tanah. Mandi pagi sambil bernyanyi. Menyeruput kopi ditemani koran pagi,  berjalan ke stasiun, makan siang sambil bergosip ria,  prosedur yang semakin panjang, surat-surat perijinan yang tidak selesai-selesai, rapat yang bertele-tele, masalah yang berlarut-larut, berbicara berbelit-belit, menyampir ....

Seperti angin yang dapat menciptakan badai, puting beliung bahkan tornado, pun demikian waktu.  Seorang pemuda sedang berjalan ke ladang.  Tiba-tiba ia seperti tersedot.  Dalam sekejab ia berubah menjadi keriput, beruban, bongkok dan bersuara parau.  Ia baru saja digulung puting waktu.  Ketika pulang, keluarga dan orang-orang disekitarnya tidak lagi mengenalnya, ia diusir sebagai orang asing lalu meninggal dalam kesendirian.

Atau seorang bocah berumur biologis tiga tahun, namun berparas seperti remaja beranjak dewasa.  Para ahli medis hanya mengatakan si bocah mengalami kelainan genetis yang sangat langka yang belum dapat dijelaskan dalam dunia kedokteran.   Padahal sejatinya tanpa disadari orang tuanya, ia sering merangkak di sebuah sudut sempit di dalam rumah dimana beliung waktu terperangkap.  Jadilah ia cepat menua.

Sejarah peradaban manusia pun ditentukan bencana waktu. Banyak peradaban beruntung karena bebas dari topan waktu. Mereka tumbuh dan berkembang. Generasi berganti. Ilmu, teknologi, budaya, bahasa semakin maju. Ratusan bahkan ribuan tahun.

Namun tak sedikit peradaban mati muda karena badai waktu. Belum sempat mereka menyiapkan generasi, badai waktu menggulung hingga musnah dalam sesaat. Dari buku-buku sejarah kita akan pelajari banyak peredaban-peradaban besar hilang seperti ditelan waktu. (Terinsiprasi dari Novel Einstein's Dreams, 1992 karya Alan Lightman)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun