Mengamati media sosial khususnya Twitter dua hari belakangan, sedang hangat diperbicangkan masalah stadion Gelora Bung Karno (GBK) yang digunakan untuk konser boyband asal Inggris, yaitu One Direction (1D) sehingga berbenturan dengan jadwal Indonesia menjadi tuan rumah kualifikasi Piala Asia U-23. Untuk diketahui, konser 1D akan dilangsungkan pada tanggal 25 Maret 2015 mendatang, sedangkan untuk kualifikasi Piala Asia U-23 dijadwalkan pada tanggal 27-31 Maret 2015. Tim asuhan Aji Santoso tersebut berada di grup H bersama Korea Selatan, Timur Leste serta Brunei. Memang hari pelaksanaannya berbeda, tapi mengingat selang waktu yang hanya 2 hari diyakini akan mengurangi persiapan lapangan untuk menggelar pertandingan.
Di sinilah masalah dimulai, mengamati tagar #SaveGBK di Twitter, banyak masyarakat Indonesia yang tidak senang dengan konser musik tersebut. Banyak kicauan yang bernada kecewa hingga mengecam dituliskan oleh para pengguna Twitter Indonesia. Lalu ada pula tagar #OneDirectionJancuk (saya tidak paham kenapa ada kata "jancuk", apa karena mayoritas penguna Twitter adalah orang jawa?) yang juga tidak kalah aktifnya menuliskan tweet tentang pendapat mereka karena GBK digunakan untuk konser boyband.
Menurut pendapat saya, tidak ada yang salah jika sebuah stadion tidak hanya digunakan untuk pertandingan olahraga. Menggelar konser musik di sebuah stadion bukanlah suatu yang baru bagi orang-orang di luar negeri. Di Korea, World Cup Stadium sering digunakan untuk konser para idol Korea. Band ternama asal Jepang L'arc~en~Ciel, menggunakan stadion Olimpiade Tokyo untuk konser mereka. Dan bukan hal yang aneh bagi orang Inggris melihat stadion Wembley digunakan untuk konser musik. Oasis juga pernah menggunakan stadion City of Manchester (stadion Man City sebelum Etihad Stadium) di tahun 2005 ketika melakukan konser di kota kelahiran mereka. Bahkan di situs resmi Arsenal, terdapat foto-foto Coldplay sedang menyanyikan lagu-lagu mereka di atas rumput Emirates Stadium.
Sebenarnya, saya kecewa kenapa masalah teknis seperti ini bisa terjadi. Padahal jadwal sudah dikeluarkan jauh-jauh hari oleh AFC kenapa masih ada kendala dalam masalah penggunaan lapangan. Masalah seperti ini tentu akan mengganggu konsentrasi timnas kita dalam persiapan mereka. Memang, Indonesia masih berada di atas Brunei dan Timor Leste dalam peringkat FIFA, lalu kita tinggal mewaspadai Korsel. Tetapi kalau timnas kita kurang konsentrasi, kita akan kalah karena masalah yang tidak penting.
Saya pribadi heran dengan banyaknya orang yang mengatakan bahwa stadion GBK harusnya digunakan untuk sepak bola saja bukan untuk acara-acara yang lain. Apa mereka tidak pernah baca berita? Jika Anda sering membaca berita tentunya sudah akrab dengan berita-berita pemakaian GBK untuk acara seperti politik, musik, keagamaan, tes CPNS bahkan pernah untuk tryout masuk perguruan tinggi. Kenapa baru heboh sekarang? Waktu awal stadion GBK dibangun, Soekarno menggunakannya untuk berorasi di depan pendukungnya.
Masalah sebenarnya menurut saya adalah kurangnya koordinasi PSSI dalam mengatur jadwal. Pihak Event Organizer (EO) sebenarnya sudah mengumumkan konser tersebut pada bulan Mei 2014, yang berarti sudah dari tahun lalu. Lalu Indonesia ditetapkan menjadi tuan rumah kualifikasi Piala Asia U-23 pada tanggal 4 Desember 2014 berdasarkan drawing AFC yang dilakukan di Kuala Lumpur. Kalau dilihat dari tanggalnya, bisa kita lihat bahwa pihak EO tidak mungkin berani mengumumkan jika belum ada kepastian di mana letak konser tersebut dilaksanakan, yang berarti pembayaran awal kepada pihak pengurus GBK sudah terjadi. Lagi pula biasanya artis-artis luar negeri mengonfirmasi terlebih dahulu letak venue konser untuk memastikan semua.
Jika berarti GBK sudah dipesan sejak 2 tahun lalu, kenapa ribut-ributnya baru sekarang? Apa pihak PSSI tidak pernah bertanya terlebih dahulu kepada pengurus GBK jadwal penggunaan stadion? (Padahal kantor PSSI berada di stadion GBK). Kalau PSSI memesan baru Januari 2015 berarti sudah tahu bahwa jadwal bentrok dengan konser, kenapa tidak dari 2 bulan yang lalu mengajukan penggantian lapangan pertandingan kepada AFC? Terlebih alasan merusak lapangan yang dikatakan oleh Joko Driyono (Sekjen PSSI) sudah dibantah oleh Raja Parlindungan Pane (Direktur Pengelolaan dan Pengembangan Gelora Bung Karno).
Mungkin PSSI sibuk karena mengurusi persyaratan-persyaratan yang diberikan oleh BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) untuk menjalankan ISL 2015. Dimana menurut saya itu bagus untuk kedepanya membuat klub-klub Indonesia menjadi profesional dan tidak lagi ada kasus penunggakan gaji pemain. Tapi bukannya menjadikan klub Indonesia profesional yang mandiri dan tidak lagi tergantung pada APBD sudah menjadi wacana dari tahun 2008? Kenapa Mengurusnya baru sekarang?
Sudahlah, saya malah menjadi pusing. Terlalu banyak masalah membuat saya malah bingung sendiri. Lebih baik saya bekerja untuk mengumpulkan uang, siapa tahu Sir Paul McCartney mau datang ke Indonesia tahun depan.