Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Ruwatan

29 Mei 2024   23:08 Diperbarui: 29 Mei 2024   23:13 38 0
 Ruwatan: Upacara Tradisional Jawa untuk Menolak Bala

 Pengantar
Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional dalam budaya Jawa yang memiliki tujuan utama untuk menolak bala atau menghilangkan nasib buruk. Upacara ini sarat dengan nilai-nilai spiritual dan kepercayaan leluhur yang masih dipertahankan hingga kini. Dalam budaya Jawa, ruwatan tidak hanya sekadar ritual, melainkan juga bagian dari upaya menjaga keharmonisan antara manusia dan alam semesta.

 Sejarah dan Asal Usul Ruwatan
Asal usul ruwatan dapat ditelusuri dari cerita wayang dan mitologi Jawa yang kaya akan kisah-kisah simbolis. Salah satu cerita yang sering dikaitkan dengan ruwatan adalah legenda Bathara Kala, putra Bathara Guru (dewa tertinggi dalam mitologi Jawa). Bathara Kala dikisahkan memiliki nafsu untuk memakan manusia yang memiliki "sukerta" atau kondisi tertentu yang dianggap membawa sial. Oleh karena itu, ruwatan dilakukan untuk "membersihkan" atau menyucikan orang yang bersangkutan agar terhindar dari ancaman Bathara Kala.

 Jenis-jenis Sukerta
Dalam tradisi ruwatan, terdapat berbagai jenis sukerta yang menjadi alasan seseorang harus diruwat. Beberapa di antaranya adalah:
1. Ontang-anting: anak tunggal.
2. Uger-uger lawang: dua bersaudara laki-laki atau dua bersaudara perempuan.
3. Sendang kapit pancuran: tiga bersaudara perempuan diapit satu saudara laki-laki di tengah.
4. Pancuran kapit sendang: tiga bersaudara laki-laki diapit satu saudara perempuan di tengah.

Selain itu, masih banyak lagi jenis sukerta lainnya yang berdasarkan kondisi kelahiran, posisi anak dalam keluarga, atau peristiwa-peristiwa tertentu yang dianggap membawa kesialan.

 Prosesi Ruwatan
Upacara ruwatan biasanya dipimpin oleh seorang dalang, yang merupakan tokoh sentral dalam wayang kulit. Prosesi dimulai dengan pagelaran wayang kulit yang khusus mementaskan lakon Murwakala, cerita yang mengisahkan perjuangan Bathara Kala dan penolakannya. Pagelaran ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media spiritual untuk menyampaikan doa-doa dan harapan agar bala dapat ditolak.

Berikut adalah tahapan umum dalam prosesi ruwatan:
1. Persiapan: Melibatkan persiapan sesaji, pementasan wayang, dan berbagai ritual pembuka.
2. Pementasan Wayang Kulit: Dalang mementaskan lakon Murwakala dengan iringan gamelan dan para sinden.
3. Ritual Ruwat: Dalang memanjatkan doa-doa dan mantera, memercikkan air suci, dan memberikan sesaji kepada Bathara Kala.
4. Pembersihan Sukerta: Individu yang diruwat menjalani prosesi pembersihan simbolis, seperti mandi dengan air kembang dan diberikan benang suci.

 Makna Filosofis
Ruwatan bukan sekadar ritual tanpa makna, melainkan sarat dengan filosofi kehidupan. Upacara ini mengajarkan pentingnya keseimbangan, kebersihan hati, dan upaya untuk selalu mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Selain itu, ruwatan juga menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan leluhur.

 Kesimpulan
Ruwatan adalah warisan budaya yang mencerminkan kekayaan spiritual masyarakat Jawa. Dengan tetap melestarikan upacara ini, generasi sekarang dan mendatang dapat terus menghargai dan memahami nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang. Ruwatan mengajarkan bahwa dalam setiap tindakan, terdapat doa dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik dan penuh berkah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun