Gambarnya seperti real, itulah istilah umum untuk 3D. Baru kemarin saya pulang ke rumah orang tua, tepatnya di Jakarta. Saya sempat diajak untuk menonton film bioskop yang sedang booming saat itu yaitu
Kungfu Panda 2, kemudian saya coba cek di BlackBerry tentang jam tayang dan tempatnya. Awalnya ada 2 tempat yang sedang "Now Playing" film tersebut, hanya saja mereka menyediakan film yang berjenis 2D dan 3D. Karena saya tidak pernah menonton bioskop 3D sebelumnya maka saya mencoba untuk menonton film dengan jenis 3D. Ternyata harganya lebih mahal daripada film bioskop biasa. Jika film bioskop 2D atau biasa harganya Rp.15.000/orang, yang film 3D harganya Rp.35.000/orang. Di ruangan bioskop, kita diberi kacamata dengan bertuliskan "DOLBY 3D Glassess" di samping kiri-kanan. Ya, merk dunia tersebut berhasil membuat sesuatu yang baru untuk penikmat film di Indonesia. Sayapun melepas kacamata saya dan berganti menggunakan kacamata 3D tersebut. Memang gambar 3D yang dihasilkan tidak diragukan lagi, mirip seperti 4D yang ada di Dufan. tetapi di tengah film saya berpikir untuk melepas kacamata tersebut, alhasil yang terjadi adalah gambarnya buram. Lalu saya mencoba untuk menggunakan kacamata minus saya dan ternyata subtitle film tersebut dapat terbaca jelas. Padahal saya minus 1/2. Yang saya pikirkan saat itu adalah, bagaimana jika film 3D adalah film dengan grafik minus yang memaksa kita untuk memakai kacamata agar jelas
, dan apakah kacamata 3D itu adalah kacamata minus? Dan bagaimana nasib orang yang hobi menonton film dan terus menonton sambil menggunakan kacamata 3D? Yang saya takutkan adalah matanya terbiasa dengan kacamata tersebut yang menjadikannya minus. Jadi saya sarankan kepada penikmat film bioskop, jika menonton bioskop usahakan mencari yang 2D saja, karena jika terbiasa dengan film 3D, dalam jangka panjang mata anda akan menjadi minus.
KEMBALI KE ARTIKEL