SMA adalah masa masa yang paling indah, benarkah begitu?
Alhamdulillahirabbil Alamin, saya masih diberi kesempatan untuk bernapas selama 15 tahun lamanya. Sebentar lagi saya Insya Allah akan berulang tahun yang ke-16.
Ya, dulu saya sempat menganggap remeh apa itu 'lima belas' apa itu 'remaja' bahkan saya sempat bertanya 'apa itu remaja?' aneh kah?
Dari kecil, saya memang terbiasa menjadi anak yang 'ingin serba tahu'. Saya masih sangat ingat kejadian ketika waktu itu, umur saya 9 tahun. Waktu itu pertama kalinya saya merasakan di khitan.
Rasanya tidak sakit sih, namun hanya...nyut-nyutan. Saya menyempatkan diri untuk menatap wajah sang dokter dan para suster yang akan melakukan operasi untuk mengkhitan saya.
Saya sempat takut, bahkan ada niat dalam hati saya untuk kabur dari ruang operasi sambil ngacir sambil gondal-gandul, hehe.
Saya sangat merasa takut ketika dokter yang (entah mungkin) ramah senyum atau hanya karena ingin menenangkan perasaan saya saja ketika itu.
But eventually, I did it! I have circumcised. Tidak sesulit dan sesakit yang saya bayangkan memang, namun akhirnya...jadilah saya seperti sekarang ini.
Begitu pula halnya pertama kali saya masuk SMP. Saya tidak pernah expose terlalu berlebihan tentang harta, kekayaan, atau memamerkan sesuatu barang yang saya anggap mewah. Entah mengapa, sejak SD nilai saya selalu bagus, rangking, dan mendapat beasiswa. Masuk SMP favorit. It was amazing.
Setelah masuk SMP, dari Rangking 1 di SD, saya langsung jeblok ke Rangking 15 di kelas 7. Dan Rangking 1 di kelas 3 SMP semester awal, langsung turun drastis ke Rangking 27 di semester 2.
All of these circumtances, make me feel better than now. How precious my life used to be.
Hancurnya dunia saya berawal dari pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kala itu. Mungkin sebagian orang tidak mendapatkan pelajaran ini atau bahkan sudah lebih mantap.
Pelajarannya membahas tentang bagaimana menggunakan internet.
Lalu, sekiranya ada tugas dari Guru komputer saya yang menugaskan untuk mengirim tugas murid-muridnya via E-mail.
Akhirnya, saya membuat E-mail. Dan selalu mendapat nilai terbaik dikelas dalam pelajaran komputer.
Lama kelamaan, saya mulai terbiasa ke warnet dekat sekolah. Bayangkan, hampir setiap hari HANYA UNTUK MEMBUKA E-MAIL yang bahkan tidak ada isinya sekalipun. Waktu itu saya tertarik karena adverise-advertise yang menggugah mata. (Ya, masa masa pengembangan jati diri memang sangat terbentuk disini). Saya selalu membuka advertise atau iklan yang sekiranya menggugah mata saya, berjam-jam dan akhirnya saya mulai mengenal Friendster, situs pertemanan yang sangat nge-trend kala itu.
Dan kala itu saya baru sadar, bahwa saya telah dipengaruhi internet. Dan saya sempat berpikir bahwa saya harus selalu menabungkan uang saya untuk pergi ke warnet sementara banyak hal lain yang perlu saya beli atau saya perlukan untuk keperluan sekolah. Internet sungguh  mengalihkan dunia saya waktu itu.
Setiap pulang sekolah, kalau warnet dekat sekolah sedang tutup, saya pulang ke rumah terlebih dahulu, lalu pergi ke warnet dekat rumah BERJAM-JAM hanya untuk membuka Friendster. Sampai akhirnya saya kenal Yahoo! Messenger. Situs chatting yang paling saya minati.
Kelas 3 SMP, Facebook mulai merambah dunia maya. Belum sampai seminggu saya membuat akun Facebook, saya langsung mendapat Friend Requests sebanyak 100 orang lebih. Sehingga, Friends saya sudah mencapai 3.000 orang waktu itu. Sungguh fantastis. Saya benar-benar kecanduan terhadap internet.
Kelas 1 SMA, Twitter mulai merebak. Saya pun main Twitter sampai sekarang. Dan setelah naik kelas ke kelas Sebelas/XI dan jurusan IPA, saya sudah mulai agak mengurangi bermain hal-hal yang sudah saya anggap kurang penting seperti itu. IPA adalah mata jurusan yang paling saya minati. Meskipun saya tidak terlalu berminat untuk hitung-menghitung, tapi saya menikmati hal ini.
Saya sangat menikmati apa yang saya sudah dapatkan dari semua ini, pengalaman ini, hal-hal buruk yang pernah terjadi terhadap saya, apa apa yang ingin saya idam-idamkan, kemauan, gairah, dan putus asa. Semua adalah proses. Proses yang sekiranya bisa kita ambil hikmah dari semuanya pada akhirnya.
I'm a teen and I'm proud of it! Live with your own dreams! Don't dare to dream, guys!
Dream as high as you could, and someday I believe you will achieve it by your own hands.
I'm fifteen years old, and I'm saying this to all of teen in the world. Caiyooooooooo.. :)