Kalau kita lihat niat awalnya UN ini adalah untuk meningkatkan salah satu standar baku sekolah dalam hal ini institusi pendidikan , namun dalam prakteknya malah tidak demikian. Banyak sekolah yang tingkat kelulusannya rendah maka seolah - olah akan "terhina" dan di biarkan begitu saja (kemungkinan kecil untuk mendapatkan bantuan oleh pusat), namun jika sekolah yang mendapatkan tingkat kelulusannya 100% itu di anggap berhasil dan luar biasa "hebat" maka bantuan pun akan mengalir dengan derasnya kesekolah tersebut. Jika kita lihat fenomena ini maka wajar saja jika berbagai cara di lakukan oleh sekolah , kepala dinas serta kepala daerah agar sekolahnya atau daerahnya bisa mencapai kelulusan 100% ( dengan berbagai cara ). Lihat saja kejadian hari ini, di hari UN pertama (22 Maret 2010 ) di sinyalir di SUMUT terjadi kebocoran soal UN dan jawabannya, walaupun untuk jawabannya belum dipastikan kebenarannya. Namun jika kita mau mundur kebelakang..hal ini sudah biasa kita dengar dari UN tahun kemarin .
Andai saja niatan UN yang baik ini di lanjutkan dengan implementasi yang "Adil " di lapangan maka tidak akan seperti ini jadinya, misalkan sekolah yaang masih kurang tingkat kelulusannya seharusnya menjadi sasaran pengembangan agar di tahun depan naik angka kelulusannya (dapat bantuan ) sedang yang sudah baik di berikan penghargaan sewajarnya.
Sehingga yang baik tetap baik sedang yang kurang baik...pelan pelan naum pasti menjadi lebih baik tiap tahunnya