Mohon tunggu...
KOMENTAR
Seni Pilihan

Stigma Buruk Kritik Sastra dalam Sastra Indonesia dan Perbedaannya dengan Apresiasi Sastra

25 Januari 2024   20:47 Diperbarui: 25 Januari 2024   20:56 240 2

Dunia sastra di indonesia memiliki jejak perjalanan yang panjang, sastra di indonesia banyak memiliki keberagaman genre serta istilah yang muncul setiap waktunya. Kritik sastra dan apresiasi sastra dalam dunia sastra indonesia bukanlah merupakan istilah yang tidak asing. 

Kritik sastra dan apresiasi sastra, keduanya memiliki perbedaan. Berbeda dengan apresiasi sastra, kritik sastra cenderung selalu dipandang buruk oleh masyarakat, kecenderungan orang-orang mendefinisikan kritik sastra hanya sebagai objek untuk menjatuhkan sebuah karya sastra yang ada, dalam artian kritik sastra dihadirkan hanya sebatas menunjukan kelemahan-kelemahan dari karya sastra. 

Sedangkan apresiasi sastra terlihat berjalan tanpa stigma buruk seperti yang orang-orang jatuhkan terhadap kritik sastra.   Pengertian secara etimologis dari kritik sastra adalah, kritik berasal dari kata krites (Bahasa Yunani), yang berarti hakim. Kata kerjanya adalah krinein (menghakimi). Kata tersebut juga merupakan pangkal dari kata benda kriterion (dasar penghakiman). Dari kata tersebut kemudian muncul kritikos untuk menyebut hakim karya sastra (Wellek, 1978; Pradopo, 1997). 

Menurut H.B. Jassin, kritik sastra adalah pertimbangan baik dan buruknya suatu hasil kesusastraan. Pertimbangan yang diungkapkan H.B. Jassin ini maksudnya adalah sebuah kritik sastra harus disertai alasan dan berisi mengenai isi dan berbagai bentuk di dalam karya sastra. Apresiasi sastra berasal dari, Apresiasi (apreciation) bahasa inggris appreciation yang memiliki arti penghargaan. 

Apresiasi sastra merujuk pada proses penerimaan sebuah karya sastra sebagai sesuatu yang benar dan bagus. Aminudin (1987:34) mengemukakan, apresiasi sastra mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. 

Apresiasi dikembangkan manusia melalui penumbuhan sikap yang sungguh-sungguh dan sebagai satu kebutuhan yang mampu memuaskan rohaninya. Sementara, apresiasi sastra berusaha menerima nilai-nilai sastra sebagai sesuatu yang benar (Hartoko dan Rahmanto, 1986).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun