Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Merayu PKS = Cuma Buang Energi dan Waktu

14 Juli 2012   06:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:58 977 1
FAKTA YANG TERABAIKAN

Sejak kemarin, berbagai media dan topik pembicaraan di forum internet serta obrolan politik membahas 'Bagaimana peran PKS dalam Pilgub DKI putaran ke-2'. Berbagai analisis dipaparkan, berbagai pengamat berbicara, berbagai angka statistik dipresentasikan, namun saya pribadi menilai nya hanya euforia dan kehebohan yang tidak substansial. Berbagai analisis tersebut seperti menafikkan fakta yang sudah jelas terjadi pada hasil Pilgub putaran pertama. Psikologi pemilih pun sepertinya diabaikan dalam berbagai analisis itu. Para pengamat sampai hari ini hanya membahas sebatas perpindahan suara secara matematis dan statistika, tanpa memperhatikan fakta dilapangan.

Kenyataan nya, para simpatisan PKS tidak bisa diperhitungkan dengan angka statistik dan matematika sederhana. Katakanlah statistika tersebut didasarkan pada exit poll yang dilakukan lembaga survey kepada beberapa sampel pemilih yang berada di TPS pada putaran ke-1, namun itu tentu nya tidak bisa dijadikan dasar kuat menganalisis karakteristik dan psikologi pemilih PKS pada putaran ke-2 yang mana masih akan berlangsung sekitar 2 bulan ke depan.

Namun dari beberapa analisis statistika, memang ada yang bisa dijadikan dasar penilaian antara lain fakta bahwa setengah dari suara simpatisan PKS pada putaran ke-1 terpecah ke 2 kandidat (Foke & Jokowi). Ini adalah fakta menarik yang cukup menggambarkan setidaknya bagaimana peta suara pemilih PKS pada putaran ke -2 nanti. Artinya, ada fakta yang sangat jelas sudah terlihat bahwa kekuatan mesin partai dan soliditas kader PKS saat ini sangatlah lemah.

Anda mungkin tidak bisa membayangkan Partai sekaliber PKS yang sudah diakui selama bertahun-tahun sebagai partai yang simpatisan dan kader nya sangat solid dan militan ternyata bisa 'dipermalukan' di kandang sendiri (DKI jakarta). Fakta bahwa Hidayat Nurwahid seorang kader terbaik yang dimiliki PKS hanya dipilih oleh setengah dari captive voters PKS di jakarta(berdasarkan Pemilu tahun 2009) adalah sebuah 'pukulan' telak, sekaligus fenomena baru yang membuka mata kita bahwa PKS hari ini tidak sama dengan PKS 2 atau 3 tahun lalu.

Pilkada memang berbeda dengan Pemilu legislatif, karena dalam pilkada kecenderungan selera pemilih tidak bisa ditentukan pengaruh partai di daerah pemilihan tersebut. Namun untuk PKS, saya beri pengecualian karena sifat kader PKS tidaklah sama dengan karakter pemilih indonesia pada umum nya.

PKS memiliki semacam doktrin atas primordialisme kelompok, golongan, dan partai berdasarkan keseragaman ideologi islam konservatif. Hal tersebut adalah keistimewaan partai tersebut yang membedakan nya dengan karakter partai lain pada umum nya. Inilah pondasi utama yang seharusnya dibahas lebih komperhensif oleh berbagai analisis untuk menebak, kemanakah 11% suara PKS akan terdistribusi pada putaran ke-2.

ANALISIS

Menurut exit poll yang dilakukan Lembaga Survey Indonesia(LSI), distribusi suara para simpatisan PKS sebagai berikut:


  • Jokowi 23,7%
  • HNW 49,5%
  • Foke 19,4%
  • Faisal Basri 2,2%
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun