Deforestasi di Kalimantan telah menjadi salah satu isu lingkungan yang paling mendesak dalam beberapa dekade terakhir. Kerusakan hutan yang terjadi tidak hanya berdampak pada keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan, tetapi juga secara signifikan mempengaruhi siklus kesuburan tanah. Hutan Kalimantan, yang dikenal sebagai salah satu hutan hujan tropis terbesar di dunia, memiliki peran kunci dalam menjaga keseimbangan ekologi dan siklus nutrisi tanah. Namun, akibat dari deforestasi yang disebabkan oleh penebangan hutan, perkebunan monokultur, dan pembukaan lahan, luas hutan di Kalimantan telah menurun secara signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 1,23 juta hektar hutan di Kalimantan telah hilang antara tahun 2000 dan 2005, dan perkiraan deforestasi pada periode 2018-2032 memproyeksikan kehilangan hutan sebesar 74.419 km. Dampak ini tidak hanya mengancam keberlangsungan spesies endemik seperti Vatica rhynchocarpa, V. havilandii, dan V. cauliflora, tetapi juga mempengaruhi kualitas tanah dan kesuburan ekosistem hutan. Oleh karena itu, penting untuk memahami pengaruh deforestasi terhadap siklus kesuburan tanah di hutan Kalimantan agar strategi konservasi yang efektif dapat dilaksanakan untuk melindungi keanekaragaman hayati dan menjaga keseimbangan ekologi hutan. Hutan Kalimantan berfungsi sebagai sistem penyangga yang menjaga siklus nutrisi tanah melalui proses fotosintesis dan dekomposisi. Fotosintesis oleh tanaman hutan mengubah karbon dioksida menjadi oksigen, sedangkan dekomposisi oleh mikroorganisme memecah bahan organik menjadi nutrisi yang dapat digunakan oleh tanaman.
KEMBALI KE ARTIKEL