Penulis yang sudah 4 (empat) tahun tinggal di Malaysia, menjadi sangat antusias ketika mengetahui acara festival gamelan. Festival yang bertajuk Ensemble of Gamelan digelar pada 12 April 2013 lalu di Chancellor Hall, Universiti Teknologi PETRONAS, Malaysia. Menyaksikan langsung pagelaran tersebut, kembali membuka pintu kenangan pada sosok seorang ayah yang tinggal di kampung. Pagelaran itu menampilkan 6 (enam) grup dari berbagai Perguruan Tinggi di Malaysia dan 2 (dua) grup dari Prodi D3 Bahasa Inggris dan S1 Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada. Tahun ini merupakan tahun keempat bagi Tim UGM diundang dalam pagelaran ini. Tim UGM menampilkan gendhing Sumping Pari laras slendro dan Asmara Murka yang merupakan gubahan dari Sang Pelatih Nanang Karbito.
Secara umum, Malaysia memberikan perhatian khusus pada pengembangan budaya antara lain gamelan. Hal ini terlihat dengan menyediakan fasilitas gamelan dan pelatih pada kegiatan ko-kurikuler di Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi. Pagelaran festival budaya seperti gamelan biasanya banyak menarik minat penonton usia muda. Keadaan menjadi sangat berbeda ketika pagelaran gamelan dipentaskan di kampung saya. Penonton kebanyakan para orang tua, sangat sedikit dari kawula muda. Budaya warisan nenek moyang kurang mendapat tempat di hati para penerus.
Beberapa usaha alternatif bisa dilakukan dengan membuka dialog budaya, sehingga budaya warisan seperti gamelan bisa diterima kalangan muda. Upaya lainnya untuk membumikan gamelan bisa dilakukan dengan memberikan fasilitas kegiatan ko-kurikuler di sekolah dan kampus. Semoga budaya Indonesia tetap berkembang untuk diwariskan kepada anak cucu.