Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Bukan Cuma Wartawan Ujung Tombak Media

26 Desember 2011   04:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:45 234 1

Ketika berkenalan dengan sejumlah AE yang bertugas di ibukota, mereka malah sempat cerita soal uang entertaint. Uang yang sengaja dianggarkan untuk menservis klien agar iklannya tetap nyantol di media mereka
.

===

Ada anggapan, bahwa bagian redaksi dengan profesi wartawannya, adalah kelompok kelas satu dalam perusahaan pers. Itu didasarkan pada salary yang lebih besar dari bagian lain dan sejumlah aturan kerja yang berbeda (masa sih? Hehe).

Itu juga dapat dipahami lantaran, produk media digarap, diolah, dihasilkan oleh redaksi mulai dari wartawan hingga pemimpin redaksi. Malah banyak yang mengira, pimpinan perusahaan pers justru pemimpin redaksinya. Dan memang, wartawan ujung tombak sebuah media.

Tapi, menilik industri media yang mempunyai sisi idealisme dan bisnis harusnya jangan pula dilupakan peran sisi bisnis. Bila redaksi mempunyai wartawan yang mencari berita, di bagian bisnis ada tenaga marketing atau account executive alias AE yang juga ke lapangan mencari iklan. Ya, iklan, sumber pendapatan utama perusahaan pers.

Ada kemiripan antara wartawan dan AE, utamanya dalam hal jaringan atau koneksi. Terhadap jaringan itulah memperlihatkan sekuat apa daya tembus wartawan ataupun AE. Wartawan menembus sumber untuk mendapatkan berita, sementara AE menembus untuk menjuluk iklan.

Ketika berkenalan dengan sejumlah AE yang bertugas di ibukota, mereka malah sempat cerita soal uang entertaint. Uang yang sengaja dianggarkan untuk menservis klien agar iklannya tetap nyantol di media mereka.

AE antar media, juga “berperang” merebut kue iklan. Serupa sebagaimana wartawan berebut berita eksklusif agar wartawan lain kecolongan. Akan jadi “pukulan telak” ketika AE sebuah media tak mendapatkan iklan dari klien ternama dan anggaran besar sementara media lain iklan itu menghiasi halaman medianya.

Para AE punya pula kaitan dengan agency iklan. Agency inilah yang harus bisa dipikat. Banyak perusahaan besar yang mempercayakan agency untuk menangani iklan mereka. Adapun agency ini salah satu sumber pundinya adalah, selisih antara harga asli iklan dengan diskon yang diberikan.

Agency dan perusahaan pengiklan, sangat percaya dengan data. Mereka pasti akan bertanya data mengenai oplah, apakah itu oplah versi perusahaan media atau hasil survey. Itu jadi penentu utama sebelum mereka memilih media untuk beriklan.

Dalam perjalanannya, terkadang idelalisme redaksi berbenturan dengan iklan. Bagian iklan khawatir kliennya lari lantaran pemberitaan yang keras, misalnya.

Media mempunyai cara berbeda dalam hal kewenangan AE dan wartawan. Ada media yang membebaskan wartawannya menerima iklan atau malah mencari rupiah dari iklan. Tapi tidak sedikit pula, yang memberikan batas tegas, bahwa iklan bukanlah urusan redaksi (dalam konteks mencari).

Maka, ketika pers sudah menjadi industri, kehadiran AE tak bisa dipandang sebelah mata atau menjadikannya kelas kesekian dalam perusahaan media. Tinggal lagi, sekuat apa intervensi mereka dalam pemberitaan? Jawabnya, simak saja berita-berita media dan iklan-iklannya. Tabik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun