Kebetulan, satu dari enam jenderal yang disebut itu pernah bertugas di Jambi, Irjen Pol Budi Gunawan yang pernah menjabat Kapolda Jambi. Budi jadi Kapolda Jambi sejak Januari 2008.
Soal rekeningnya yang maksi itu, media tempat saya bekerja pernah memberitakannya bulan lalu, termasuk sosok Budi Gunawan di mata sejumlah tokoh di Jambi.
Saya hanya mencuplik kesan orang yang mengenal Budi Gunawan. Tentunya, tanpa bermaksud membela.
Rupa-rupanya, mantan ajudan Megawati ketika menjabat Presiden tersebut cukup dermawan
Jenderal bintang dua ini disebut-disebut menggelontorkan dana pribadi untuk kepentingan umum, maupun institusi yang dipimpinnya.
Misalnya, Budi membantu pembangunan lapangan tenis di belakang markas Korem 042 Garuda Putih (Gapu) sebesar Rp 1 miliar, Mako Sat Brimob Jambi di Jalan Lingkar Selatan, Kota Jambi sebesar Rp 4 miliar, Rumah Pintar di TK Bhayangkari Thehok, Kota Jambi, serta Taman Wisata di SPN Kota Jambi.
Mantan Danrem 042 Garuda Putih Kol Inf (Purn) Sutrisno mengaku kenal dekat Budi Gunawan, saat menjabat Kapolda Jambi. Ketika itu, Sutrisno menjabat sebagai Komandan Korem 042 Gapu dengan pangkat kolonel.
Di mata Sutrisno, Budi dikenal sangat santun dan dermawan, peduli terhadap kegiatan sosial, olahraga dan kemasyarakatan. Ia mengakui Budi membantu pembangunan lapangan tenis di belakang markas Korem 042 Gapu.
Menurut mantan Danrem yang pernah maju sebagai calon wali kota Jambi itu, Budi sangat familiar selama menjabat Kapolda Jambi.
Oh ya, seorang teman SMA saya-yang juga anggota polisi-pernah menjadi ajudan atau lebih tepatnya menjadi supir pribadi Kapolda yang kini jadi Kadiv Propam Mabes Polri itu. Ia mengaku agak kaget ketika mengetahui kabar nominal rekening sang jenderal yang tidak sedikit.
Saya sendiri yang hanya beberapa kali bertatap muka dengan Budi Gunawan tidak tahu persis seperti apa sosoknya. Saya hanya tahu, sebagaimana sudah banyak diketahui orang, ketika menjadi Kapolda Jambi, lulusan Akabri tahun 1983 itu jarang berada di Jambi. Maklum saja, ketika itu kalau tidak salah ia juga staf ahli Kapolri ketika itu.
Soal Rp 95 M di rekeningnya yang mencurigakan itu, Budi kepada wartawan pernah membantahnya melalui pesan pendek. “Itu upaya pembusukan untuk penghancuran karakter dalam melemahkan langkah tim independen terhadapkasus mafia hukum,” begitu katanya.