Di kampungku, Kampung Kebon, Kemang, Jakarta, kebanyakan teman-teman sepermainanku, setamat Sekolah Dasar melanjutkan pendidikannya di bangku pesantren. Jarang yang meneruskan sekolahnya ke sekolah umum atawa SMP. Tujuan mereka dikirim ke pesantren oleh orang tuanya agar kelak (syukur-syukur) bisa menjadi pemimpin agama atau –paling tidak—bisa memimpin tahlil, arwahan atau ngajarin ngaji para tetangga kiri-kanan. Saking fanatik (atau lebih tepatnya) kuat memegang ajaran agama, para orang tua di kampungku seakan alergi dengan pola pendidikan yang diajarkan di sekolah mainstream alias sekolah berbasis pendidikan umum semisal, SD, SMP, dan SMA. Akibatnya, jenjang pendidikan yang dituju setamat sekolah dasar adalah langsung dikirim ke pesantren, atau bagi mereka yang anaknya gak betahan tinggal di Pesantren, biasanya dikirim ke sekolah (binaan Kementerian Agama) tingkatan tsanawiyah, dan aliyah.
KEMBALI KE ARTIKEL