Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Masih Adakah "Persatuan dan Kesatuan"?

4 Januari 2014   10:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 4883 0

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti bangsa yang Berbeda-beda tetapi tetap “satu”, kata “satu” berarti Utuh dan tak terpecah , bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaannya adalah dengan semangat gotong royong dan saling membantu satu dengan yang lainnya saat melawan penjajah akan tetapi saat ini masyarakat Indonesia bergotong royong untuk melawan suatu kelompok yang mereka anggap sebagai penjajah dan mereka menginginkan “kemerdekaannya Sendiri” , Mungkin Perkataan pahlawan Indonesia benar “Perjuanganmu lebih sulit dari Perjuanganku, Perjuanganku melawan Penjajah , Perjuanganmu melawan Bangsamu Sendiri”, perkataan yang lain saat salah seorang tokoh mengatakan “perlawanan yang sulit adalah melawan dirimu sendiri” sama halnya dengan bangsa Indonesia yang sedang melawan bangsanya sendiri, akan cukup sulit bagi Bangsa ini untuk mencari solusinya.

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya etnis, suku, agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang budaya (cultural background) beragam.

Dalam konteks membangun masyarakat multikultural, selain berperan meningkatkan mutu bangsa agar dapat duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain, pendidikan juga berperan memberi perekat antara berbagai perbedaan di antara komunitas kultural atau kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang budaya berbeda-beda agar lebih meningkat komitmennya dalam berbangsa dan bernegara.

Tentunya, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat sekarang ini telah banyak pengalaman yang diperoleh bangsa ini tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pedoman acuan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara itu adalah nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Akan tetapi masyarakat sudah tidak melihat dari aspek berbangsa dan bernegara tersebut bahkan sering terjadi suatu “tawuran” antar mahasiswa atau antar kelompok yang disebabkan oleh masalah- masalah yang sederhana tetapi manusia memiliki cara berfikir yang berbeda dan memiliki ego yang berbeda, mereka menganggap menyelesaikan suatu masalah dengan perkelahian adalah suatu cara yang paling benar bukan cara musyawarah yang hanya mengandalkan omongan saja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun