Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Artikel Utama

Klarifikasi: Istana Larang Jilbab untuk Reporter AntaraTV

29 April 2010   11:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:31 1188 0
(KompasianaBaru-Jakarta) Berita awalnya adalah: Istana kepresidenan bertingkah lagi, kali ini mereka mengharuskan wartawan wanita salah seorang reporter AntaraTV untuk melepaskan jilbabnya saat wawancara dengan Ibu Presiden Ani Yudhoyono. Jilbab merupakan salah satu penutup kepala untuk seorang wanita muslim, aneh kalangan protokoler berbuat begitu, kita perhatikan biasanya kalangan wanita yang bertugas di Istana mereka mengenakan jilbab mereka, apakah karena ini wawancara dengan Ibu Ani jadi harus dibuka jilbabnya? Ini terjadi pekan-pekan kemarin, dari salah satu sahabat yang menyaksikan siaran AntaraTV tersebut mengatakan,”Dengan bu Ani jilbab harus dibuka toh…? hehehe…selamat dg pengalaman pertamax, pada hari Rabu, 21 April jam 14:57,”  Reporter AntaraTV yang menjadi “Korban” tersebut yaitu Zulek Zulaikha mengaku stess dengan aturan protokoler tersebut, “Jelek ya, aku sadar kok “ngga” banget dah stress dengan aturan protokoler, pada hari Rabu, 21 April jam 16:00, “ Bagaimana bisa ini terjadi di negara Indonesia yang penduduk muslimnya terbesar di dunia? Sedangkan dinegara Eropa yang masyarakat muslimnya minoritas mati-matian mempertahankan jilbabnya, tetapi di indonesia malah disuruh buka. Apalagi aksi-aksi pelajar yang baru lulus dari sekolah, mereka juga seenaknya melepaskan jilbab karena sudah lulus dari sekolah. Aksi Buka Jilbab Warnai Konvoi Kelulusan Siswa, Aksi membuka jilbab mewarnai konvoi kelulusan siswa/siwi SMA/MA dan SMK di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, pekan yang lalu. Siswi yang biasanya diharuskan menggunakan jilbab, saat konvoi tidak lagi menggunakan jilbab. Bahkan jilbab para siswi ini dijadikan bendera sambil berboncengan dengan teman laki-laki mereka. Para siswi ini juga merayakan kelulusan dengan menggunting rok. “Pakaian ini sudah tidak akan saya pakai lagi, karena sudah lulus,” kata salah seorang siswi SMA di Jalan Pintu Gerbang, dengan wajah ceria. Aksi lepas jilbab dan gunting rok para siswa SMA di Pamekasan ini merupakan salah satu aksi yang dilakukan para siswa dalam merayakan kelulusan ujian nasional (UN) di Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya para siswa ini bergabung dengan rombongan konvoi lain yang terpusat di jalan Kabupaten depan kantor rumah Dinas Bupati Pamekasan. Dari lokasi ini, para peserta konvoi kemudia bergarak menuju Jalan Trunojo Pamekasan. “Kami akan merayakan kelulusan di pantai Camplong Sampang,” kata salah seorang peserta konvoi Ainur. Remaja dengan rambut dicat warna merah mengaku, di pantai Camplong para siswa akan melakukan balapan bersama para siswa dari Kabupaten Sampang. Sementara para siswi yang sudah melakukan aksi lepas jilbab dan gunting rok juga terlihat bersama rombongan peserta konvoi. Bahkan ada yang berboncengan dengan cara berdiri. Kita perlu baca pemikiran-pemikiran segar agar mampu menjelaskan fenomena ‘aksi buka jilbab’ ini. Dunia Indonesia di masa depan adalah milik mereka. Jika mereka melakukannya sekarang bapak-bapak dan ibu guru serta senior memang jelas akan membuat mereka tidak berkutik. Mereka memang tidak berkutik, tetapi pasti masih akan hidup dan menjadi besar seperti bapak-bapak dan ibu-ibu.  Namun ketika  kemudian mereka sudah saatnya menjalankan era kepemerintahan mereka, maka mereka akan muncul dengan dunia baru yang mereka kehendaki. “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59). Akhir-akhir ini terdapat fenomena islamophobia di negara-negara Eropa marak, mulai dari kartun pelecehan Nabi saw. di Denmark hingga larangan membangun menara masjid di Swiss.  Termasuk di antara ekspresi Islamophobia adalah adanya larangan jilbab seperti yang terjadi di Perancis dan pembunuhan seorang wanita muslimah Mesir di tengah persidangan pengadilan di Jerman lantaran membela kehormatan dirinya sebagai wanita berjilbab.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun