Himbauan untuk bersama-sama melestarikan lingkungan hidup perlu terus dikumandangkan karena menjadi tanggung jawab kita semua dan kebersamaan ini sangat penting sejalan dengan inisiatif Indonesia dalam upaya penurunan emisi sebesar 26% dari business as usual pada tahun 2020 dimana sekitar sepertiganya diharapkan dari kontribusi masyarakat luas.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2010 dengan thema "Many species, One Planet, One Future" atau "Keanekaragaman Hayati, Masa Depan Bumi Kita."
Penghargaan Kalpataru 2010 itu terbagi ke dalam empat kategori, yakni Perintis Lingkungan yang dianugerahkan kepada 5 orang, Pengabdi Lingkungan 2 orang, Penyelamat Lingkungan 3 orang, dan Pembina Lingkungan 2 orang. Penghargaan Kalpataru diberikan kepada individu maupun kelompok masyarakat yang telah berjuang demi pelestarian lingkungan hidup.
Kategori Perintis Lingkungan dianugerahkan kepada Djohan Riduan Hasan, Mateus Bere Bau, Mahyiddin, Kholifah, dan Ujang Solikhin. Untuk kategori Pengabdi Lingkungan dianugerahkan kepada Yohanes Ebo dan Sumadi. Kategori Penyelamat Lingkungan kepada LSM Pilihi Dairi, KPSA Puspita Hijau, dan LSM Rekonvasi Bumi. Terakhir, kategori Pembina Lingkungan kepada Endang Sulistyowati dan Sudjiono Sastroatmodjo. Sejak 1980 hingga tahun ini, terdapat total 275 orang/kelompok penerima Kalpataru.
Penerima Kalpataru Kategori Perintis Lingkungan:
(1) Djohan Riduan Hasan, (Kelurahan Girimaya, Kota Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung) yang mengelola lahan kritis pasca tambang timah di Kepulauan Bangka Belitung. Kiprahnya berhasil merehabilitasi lahan kritis seluas 640 ha dan melakukan mixed farming model wanatani seluas 35 ha.
(2) Mateus Bere Bau, (Desa Kewar, Kec.Lamaknen, Kab.Belu, NTT) yang telah 35 tahun memotivasi masyarakat menanam dan memelihara pohon pada lahan kering dan berbatu, di daerah yang berbatasan dengan Distrik Bobo Naro, Timor Leste. Usahanya dimulai dengan membangun 35 ha wanatani sebagai demplot, saat ini berhasil berkembang hingga 1600 ha hutan rakyat. Sebagai Raja Kewar, dia pun mengaktifkan hukum adat dan kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan hidup.
(3) Mahyiddin, (Kelurahan Aneuk Laot, Kec. Sukakarya, Kota Sabang, NAD) yang melakukan pemulihan kerusakan hutan bakau melalui program Tsunami Underwater Clean Up di Selat Rubiah dan Iboih, Sabang. Juga melakukan pengawasan penggunaan bom ikan dan potassium (illegal fishing) serta melakukan transplantasi karang dan pembuatan 30 unit mooring buoys serta merehabilitasi hutan bakau dengan menanam sekitar 55.000 pohon bakau di Teluk Lhok Weng-Iboih, Ceuneuhot-Jaboi, dan Krueng Raya.
(4) Kholifah, (Desa Kedungringin, Kec. Beji, Kab. Pasuruan, Jawa Timur). Kholifah sejak tahun 1999 merintis pembuatan trichogramma, pupuk organik cair, pupuk organik padat, pengembangan tanaman hias, dan pengembangan jamur antagonis dengan peralatan sederhana. Penerima Kalpataru ini berhasil memproduksi trichogramma sebanyak 20.000 pias/tahun, pupuk organik cair 5.000 Liter/tahun, dan pupuk organik sebanyak 6 ton/tahun. Program ini dapat membantu meningkatkan produksi petani dan berhasil menurunkan penggunaan pupuk buatan dan pestisida kimia.
(5) Ujang Solikhin, (Desa Kertasari, Kec. Ciamis, Kab. Ciamis, Jawa Barat) Di sela-sela kesibukannya sebagai anggota TNI AD, Penerima kalpataru ini memanfaatkan sampah menjadi energi alternatif berupa briket arang organik sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah. Hasilnya ia dapat memproduksi arang briket sampah organik sebanyak 2 ton/hari. Dari kegiatan ekonomi kreatif yang digelutinya dia berhasil menanggulangi permasalahan sampah di Ciamis.
Penerima Kalpataru Kategori Pengabdi Lingkungan:
(1) Yohanes Ebo, SP, (Kelurahan Waiwerang, Kec. Adonara Timur, Kab. Flores Timur, NTT) Selama 24 tahun bekerja sebagai penyuluh pertanian dengan menggerakkan masyarakat menjaga kelestarian lingkungan baik secara formal maupun non formal. Strategi yang ditempuh antara lain melalui pengembangan sekolah lapang pertanian terpadu, pembuatan pupuk bokhasi dan pestisida nabati, penghijauan lahan kritis, kaji terap teknologi lahan basah serta penyelamatan sumber mata air.
(2) Sumadi, (Desa Warujayeng, Kec. Tanjunganom, Kab. Nganjuk, Jawa Timur) telah memotivasi dan membudayakan masyarakat tentang cara hidup sehat dengan sanitasi lingkungan yang baik di Desa Begendeng, Kec. Jatikalen. Melalui berbagai forum dan penyuluhan secara terus-menerus, upaya gigih Sumadi berhasil membangun 1500 unit pengolahan limbah domestik tinja di setiap rumah tangga.
Penerima Kalpataru Kategori Penyelamat Lingkungan:
(1) LSM PILIHI Dairi pimpinan Hasoloan Manik (Kec. Sitinjo, Sidikalang, Kab. Dairi, Sumatera Utara) yang berupaya menyelamatkan hutan Ekosistem Leuser di wilayah perbatasan Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam. Lembaga ini berhasil melakukan gugatan sekitar 42 kasus perusakan lingkungan serta investigasi kasus perusakan hutan dengan memberdayakan 600 orang kader lingkungan binaannya yang tersebar di Kabupaten Pakpak Bharat, Dairi, dan Karo. Pemberdayaan masyarakat juga dilakukan dengan penanaman dan pendistribusian cuma-cuma bibit pohon sebanyak 320.000 pohon.
(2) KPSA Puspita Hijau didirikan oleh Masdjidin, (Dusun Sulek Timur, Desa Sulek, Kec. Tlogosari, Kab. Bondowoso, Jawa Timur) yang berinisiatif melakukan perbaikan kualitas lingkungan kawasan Gunung Sulek. Penyuluhan yang telah berlangsung selama 29 tahun diawali dengan mengajak keluarga dan beberapa anggota masyarakat melalui kegiatan Klompencapir Semut Ireng, pengajian, penghijauan dan pengairan untuk pertanian. Hasilnya, penyelamatan 274 ha hutan rakyat serta 10 sumber mata air.
(3) LSM Rekonvasi Bumi pimpinan N.P. Rahadian (Kelurahan Tembong, Kec. Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten) yang berprestasi dalam mengembangkan integrated management dalam pengelolaan DAS Cidanau berdasarkan konsep one river, one plan, one management. Model ini memadukan berbagai kepentingan dan membangun hubungan hulu hilir dengan mekanisme transaksi jasa lingkungan dalam membangun keseimbangan sosial, ekologi, ekonomi dalam pengelolaan DAS Cidanau. Upaya ini memecahkan permasalahan kemiskinan, perambahan, kerusakan hidroorologis, serta ancaman kerusakan Cagar Alam Rawa Danau dan suplai air.
Penerima Kalpataru Kategori Pembina Lingkungan:
(1) Dra.Endang Sulistyowati, (guru biologi dan pendidikan lingkungan hidup SMAN 2 Kota Probolinggo, Jawa Timur). Aktif dalam berbagai organisasi masyarakat, Endang mengajak penduduk setempat menanam 23.000 pohon bakau di lahan seluas 5 ha bagian pesisir utara Kota Probolinggo, serta menggagas penanaman pohon SAJISAPO (Satu Jiwa Satu Pohon) di lingkungan sekolah sebagai wahana untuk menciptakan rasa suka menanam dan memelihara tanaman di lingkungan sekolah.
(2) Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, (Kelurahan Sampangan, Kec. Gajah Mungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah) menjabat sebagai Rektor Universitas Negeri Semarang (UNES). Dengan menetapkan UNES sebagai Universitas Konservasi (conservation university), maka dilaksanakanlah pencanangan Gerakan ”SERBU” atau Gerakan Tanam Seribu Batang Pohon bersama mahasiswa dengan menghijaukan lahan kritis seluas 64 ha, konservasi tanaman langka khas Jawa Tengah dan penanaman tanaman industri untuk sumber energi alternatif. Selain itu gerakan sa uwong, sa uwit (satu orang, satu pohon) untuk mahasiswa baru serta pembuatan dua buah embung besar yang berpotensi menjadi tempat/ tujuan wisata pendidikan.