Di sebuah desa yang tidak padat penduduknya, secara spesifik kita akan mengarahkan pandangan kepada sepasang kawan yang tengah bersantai-santai di tengah hari yang panas. Ditemani dua gelas kopi hitam dan sebungkus rokok kretek di salah satu pos siskamling yang sepenuhnya dibangun dari kayu-kayu bambu. Pemuda kurus kerempeng dengan kumis tipis bernama Sunarto memang sering berdua-duaan di sini sepulang sekolah dengan kawan sebangku di SMAN Setiadharma yang lebih tampan darinya bernama Reza. Mereka lebih sering bincang-bincang
ngalor-ngidul utamanya tentang berbagai kabar yang sedang menghangatkan telinga masyarakat. Perdebatan kadang-kadang tidak terelakkan kalau argumen dua orang itu berseberangan dengan prinsip-prinsip dasar yang diyakini masing-masing. Sunarto selalu tampil dengan narasi, deskripsi, dan persuasi yang halus sedangkan Reza lebih frontal dengan ragam amunisi perbendaharaan frasa, istilah, dan kata yang sangat teknis.
KEMBALI KE ARTIKEL