Namun hal itu berubah semakin menegangkan ketika saya pindah mengajar di sebuah sekolah internasional. Sekolah internasional bagi saya adalah momok karena saya sangat yakin bahwa di sekolah internasional itu harus fasih berbahasa Inggris sedangkan saya sangat minim menulis dalam bahasa Inggris apalagi berbicara menggunakan bahasa Inggris. Kali ini momok itu saya lupakan. Dengan percaya diri saya mencoba untuk mengajar di sekolah itu dengan modal pernyataan "Saya harus konsisten terhadap bahasa yang saya ajarkan". Pimpinan sekolah tersebut menerima saya dengan tangan terbuka. Saya salut dengan pimpinan sekolah tersebut karena beliau merasa prihatin terhadap siswanya yang tidak tahu banyak tentang Indonesia padahal beliau berasal dari India. Saya pikir ini benar-benar sebuah tantangan buat saya karena saya mengajar bahasa Indonesia di primary (sekolah Dasar) yang sudah tentu sangat minim kosakata. Bukan hanya itu tantangannya, saya juga diberikan kepercayaan untuk mengajar PPKn. "Luar Biasa" , batinku.
Sudah tiga bulan saya mengajar di Bunda Mulia International School. Awal mengajar, sebagian besar siswa mengatakan "Ms, I can speak bahasa Indonesia, but I can't write bahasa Indonesia". Pernyataan itu terbukti ketika bulan pertama saya mengajar. Sungguh sulit memberikan pemahaman kepada mereka namun itu tidak menyurutkan semangat saya. Aku berikan latihan-latihan yang sangat mudah kepada mereka. Saya tidak memaksakan anak untuk paham namun saya sangat yakin mereka akan paham jika mereka sering menggunakan kosa kata bahasa Indonesia karena bahasa adalah sebuah konteks. Ada hal yang sangat menarik ketika sekolah memberikan saya tugas setiap minggu untuk memberikan tes kosa kata bahasa Indonesia. Seperti pada gambar di bawah ini.