Mungkin bila bapak sempat membaca tulisan2x di blog seperti di Kompasiana ini, bapak akan merasa muak, murka, geram ataupun bosan, tetapi biarlah semua itu terjadi bila muncul jiwa seorang gentleman dari diri bapak pada akhirnya.
Pak Prabowo, saya adalah salah seorang yang pada awalnya berniat memilih bapak dalam pilpres 9 Juli yang lalu. Saya menganggap bapak adalah seorang yang tegas dibandingkan capres lainnya seperti Bapak Jokowi yang "ingkar janji" untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta selama 5 tahun. Sayang, seiring dengan waktu bapak dikelilingi orang-orang yang bermasalah. Seharusnya saya merasa menyesal memutuskan untuk tidak mendukung bapak lagi tetapi waktu pulalah yang membuktikan ternyata hati nurani itu adalah sesuatu yang indah yang tidak menyesatkan. Saya sangat gembira menjatuhkan pilihan kepada Bapak Jokowi karena paling tidak beliau lebih bersih daripada orang-orang disekitar bapak. Jadi, saya tidak memilih bapak bukan karena pribadi bapak tetapi cenderung akan koalisi bapak.
Setelah pilpres selesai saya sangat berharap jiwa besar seorang negarawan akan muncul dari hati bapak tetapi sayang agaknya nurani bapak telah disesatkan oleh orang-orang disekitar bapak. Pidato bapak untuk menarik diri dari pilpres pada tanggal 22 Juli sungguh menyedihkan. Dan semakin menyedihkan bapak melanjutkan gerilya bapak ke MK. Tidak bermaksud menggurui, apa baiknya pada akhirnya?
Coba bapak sikapi point-point dibawah ini:
1. Seandainya gugatan bapak ke MK dimenangkan, apa adil juga untuk sebagian suara rakyat untuk Bapak Jokowi karena seperti bapak juga merasa tidak adil untuk suara rakyat yang mendukung bapak? Itupun kalau bapak menang di MK.
2. Sepanjang waktu ini mulai setelah 9 Juli, kubu bapak menyalahkan QC, RC dari KPU, campur tangan polisi di Papua, 5000an TPS yang curang, lawan politik bapak yang curang, dll. Kecurangan2x pasti dan mungkin ada tetapi itu jg pasti dan mgk dr 2 kubu. Apa mata hati bapak sudah tertutup oleh kekuasaan dan diracuni orang-orang sekitar bapak sehingga bapak terlena dan sudah lupa untuk bersikap sebagai seorang negarawan yang memiliki hati besar untuk menerima kekalahan?
Dari 2 point diatas saya hanya menyumbang saran dan himbauan agar bapak kembali ke jiwa seorang prajurit yang gentleman. Apa gunanya bapak bila menang di MK dan jadi Presiden ke-7 RI kalau hati rakyat sudah terluka, muak, dan lelah akan semua dagelan politik ini? Bapak akan tetap dikenang sebagai seorang ambisius yang gila akan kekuasaan dibandingkan sebagai seorang presiden. Dan bagaimana kalau bapak tetap kalah di MK? Rakyat juga akan tetap menilai bapak sama dengan keadaan bila bapak menang cuma ditambah semakin mencibir bapak karena tidak memiliki sifat gentleman dan legowo.
Jadi kalau bapak sekarang sadar dan berani tampil di depan rakyat seperti bapak tampil pada tanggal 22 Juli lalu dan menyatakan bapak menghentikan semua tuntutan di MK, percayalah semua tindakan bapak sebelum ini pasti akan dilupakan rakyat Indonesia. Semua orang pasti akan berbalik memuji kebesaran hati bapak. Dan selama NKRI berdiri, sejarah akan mencatat seorang Prabowo adalah negarawan sejati yang mementingkan persatuan rakyat tetap utuh dibandingkan memecah belah. Akhir kata, saya hanya bisa mendoakan bapak agar tidak terus-terusan dibutakan mata hati dan akal sehat dari koalisi bapak. Masih ada kehidupan yang jauh lebih mulia dibandingkan menjadi seorang presiden. Merdeka.