Setelah mendapatkan mobil kami bertiga naik. Tiga jam berlalu untuk sampai ketempat tujuanku. Aku turun dan melambaikan tangan kepada Aza dan Jipa yang dimana mereka berhenti di tempat yang berbeda. Aku menelfon Papaku untuk menjemputku. Setelah panggilan selesai aku duduk sebentar di warung asongan untuk menunggu Papaku.
Dua puluh menit kemudian Papa datang dan tidak lupa mengusap puncak kepalaku. Aku juga tidak lupa untuk menyalami Papa. "Bagaimana hari terakhir sekolah? Apa menyenangkan?" tanya Papa kepadaku. "Tentu pa, aku menyukai liburan kali ini. Aku akan makan banyak buah seperti yang diucapkan oleh bunda!" seruku membuat tawa Papa menguar.
Lalu kami berangkat sekitar dua puluh menit untuk sampai di rumah. Sampai dirumah aku disambut hangat oleh Bunda dan adik kecil ku, Khalil. Aku melihat Khalil sudah bertambah tinggi saja, padahal kemarin baru sampai di pinggang ku. Dia sudah tumbuh besar ternyata.
Kulihat dengan seksama rumah ini. Rumah ini belum ramai. Karena, kakak kakakku belum pulang dan akan pulang besok. Sekarang aku hanya akan melakukan dengan tiduran saja. Aku harus menyiapkan energi full untuk bekerja extra besok.
"Ke jangan lupa mandi, biar badan tidak sakit," ingat Bunda. Aku mengangguk kan kepala. Mengambil handuk dan langsung masuk ke kamar mandi. Setelah selesai aku langsung mengerjakan kewajiban seorang muslim, shalat. Aku baru ingat jika aku belum shalat ashar.
Setelah selesai shalat ashar, aku kembali ke kamar. Badanku terasa remuk redam. Mungkin karena efek pulang dengan angkutan umum. Makanya jadi seperti ini, biasanya aku selalu dijemput.
Azan magrib berkumandang, menandakan shalat magrib akan segera dilaksanakan. Terdengar suara Khalil menyuruhku untuk segera berwudhu, karena shalat magrib berjamaah akan segera dilaksakan. Papa menjadi imam, dan Khalil di belakang Papa. Aku dan Bunda lanjut dibelakang Khalil.
Setelah selesai shalat aku langsung menyalami Papa dan Bunda. Kulihat wajah serius Papa. Aku bertanya, "ada apa Pa? Apa ada yang salah?" tanyaku ragu ragu. Papa menghela nafasnya, "Papa hanya khawatir, sekolah lanjutan sudah di buka sedikit demi sedikit, kamu pikirkan mana yang terbaik, Papa tidak akan memaksa mu, bilang ke Papa nanti akan Papa urus," lanjutnya lalu berlalu begitu saja.
Aku menghela nafas, benar juga kata Papa. "Bunda pun begitu, sudah jangan terlalu dipikirkan, setelah ini ke dapur, untuk makan malam, kamu belum makan kan? Nah biar Bunda tunggu dengan Papa dan Khalil, kamu cepat menyusul." ujar Bundaku. Aku mengangguk, lalu melipat mukena dan sajadah ku. Melanjutkan langkah ke dapur.
Makan berlangsung dengan khidmat. Tidak ada yang melanggar, karena dilihat dari tatapan Papa seperti ada masalah, dan aku tidak ingin tahu. Lagipula jika bertanya Papa tidak akan menjawab pertanyaanku. Acara makan malam selesai, dan semua kembali ke kamar masing masing.
Rumah memang sepi, tetapi besok tidak akan sepi lagi. Dapat kabar dari kakak tertua ku, Elok, dia akan sampai setelah shalat dzuhur bersama suami, anaknya, dan kakak keempatku, Kak Icut. Kakak keduaku, Ayang, akan sampai jam dua belas siang. Sedangkan kakak ketigaku, Incim pun setelah shalat dzuhur.
Aku mengambil alih meja belajar yang biasa dipakai Khalil. Aku mengambil kumpulan soal SMAN BOARDING. Mengerjakan soal soal yang mudah. Setelah tiga jam berlangsung akhirnya kantuk mulai menguasai ku. Aku pun memilih tidur dan akan dilanjutkan esok hari.
Pagi harinya, aku tersentak karena Khalil membangunkan ku. Aku menepuk jidatku sendiri. Jika sudah pulang begini, pasti kewajibanku tidak terpenuhi. Aku langsung ke kamar mandi, cuci muka dan mengambil wudhu. Aku membentangkan sajadah di lantai lalu melaksanakan shalat subuh.
Dilanjutkan dengan mandi pagi. Aku keluar dan melihat Bunda ku sudah berkutat di dapur. Aku menolong bundaku memasak. Setelah 2 jam akhirnya selesai. Ayam kecap masakan terenak buatan Bundaku.
Ayang sudah sampai. Lalu azan dzuhur berkumandang. Aku segera melaksakan sholat dzuhur. Ternyata Elok, Kak Icut, Bang Naldo-suami Elok, dan Incim sudah sampai. Mereka tengah menunggu ku ternyata. Akhirnya kami makan siang bersama.
Setelah selesai makan bersama, aku lanjut membersihkan peralatan makan. Lalu mencucinya. Dan menelungkupkannya.
Karena masih siang menjelang sore aku tidak tahu ingin melakukan apa. "Lihat durian jatuh Ke, Ayang dan Bunda akan memasak ketan dulu." suruh Ayang dan aku langsung meluncur ke kebun Papa. Terlihat disana Papa dan Incim tengah mengambil manggis, serta Bang Naldo dan Khalil mengambil rambutan.
BUMB!
Bunyi durian jatuh membuyarkan lamunan ku. Aku berlari dan melihat ada tiga buah durian yang jatuh. Baunya enak dan pasti rasanya enak. Nyam....
Setelah mendapatkan durian, aku berlari ke rumah. Terlihat Papa tengah mengatur buah yang mereka ambil bersama tadi. Elok menghampiriku, "tumben, biasanya main hp." aku merotasikan mataku saking kesalnya. "Gini salah gitu salah juga." ujar ku kesal.
"Sudah, kak lebih baik kakak menjaga Zakira. Dan kamu sebaiknya shalat ashar dulu, nanti kita makan durian dan buah lainnya bersama, kebetulan Bunda ada ketan cadangan, jadi memasaknya tidak lama." aku menurut dan langsung mengerjakan shalat ashar.
Setelah selesai ternyata semua sudah berkumpul. Menunggu ku lagi ternyata. Lalu kami memakan hasil pungutan kami. Enak. Aku bangga, karena aku atau setidaknya berkat aku manjaga durian, kami semua bisa bekumpul lagi. Jarang jarang seperti ini.
Walaupun sempat terjadi pertengkaran sengit antara aku dan Elok, tapi aku yakin, Elok hanya bercanda. Liburan kali ini menyenangkan dan aku berharap tahun depan akan terus seperti ini. Tidak apa jika tidak ke luar sana sini, yang penting kehadiran bersama keluarga tersendirilah yang menjadi sumber kebahagiaan yang seutuhnya.
TAMAT.